Kamis 05 Dec 2019 02:45 WIB

Peneliti Berhasil Gunakan Racun Anthrax untuk Lawan Kanker

Peneliti mengujicoba menggunakan racun anthrax untuk melawan kanker kandung kemih.

Rep: Adysha Citra Ramadhani/ Red: Dwi Murdaningsih
Peneliti mengujicoba menggunakan racun anthrax untuk melawan kanker kandung kemih. Foto: Penderita infeksi kandung kemih (ilustrasi)
Foto: healthliving
Peneliti mengujicoba menggunakan racun anthrax untuk melawan kanker kandung kemih. Foto: Penderita infeksi kandung kemih (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tim peneliti belum lama ini mengujicobakan penggunaan racun anthrax untuk melawan penyakit kanker kandung kemih. Percobaan yang dilakukan terhadap hewan coba dan manusia ini berjalan dengan sukses.

Seperti dimuat dalam International Journal of Cancer, tim peneliti dari Purdue University di West Lafayette melakukan investigasi terkait penggunaan toksin anthrax dalam pengobatan kanker kandung kemih. Toksin anthrax merupakan toksin yang dihasilkan oleh bakteri bernama Bacillus anthracis.

Baca Juga

Dalam percobaan ini, tim peneliti mengombinasikan growth factor epidermis dengan toksin anthrax. Kombinasi ini memungkinkan toksin anthrax untuk masuk ke dalam sel-sel secara mandiri.

"Dengan kombinasi ini, (toksin anthrax) dapat menarget dan mengeliminasi sel tumor kandung kemih pada anjing, tikus dan manusia secara efisien," terang tim peneliti seperti dilansir Medical News Today.

Yang tak kalah penting, kombinasi ini juga dapat bekerja dengan sangat cepat. Hanya membutuhkan waktu dalam hitungan menit untuk memberikan efek.

"Kami mendapatkan metode menjanjikan yang efektif untuk membunuh sel kanker tanpa membahayakan sel normal di kandung kemih," ujar salah satu tim peneliti R Claudio Aguilar.

Dalam metode ini, jumlah toksin anthrax yang dibutuhkan hanya sedikit. Oleh karena itu, bila sebagian toksin tersebut 'bocor' dari kandung kemih ke aliran darah, pasien akan tetap aman.

"Metode ini lebih aman dibandingkan pendekatan berbasis toksin lainnya yang telah dimuat dalam literatur," jelas tim peneliti.

Tim peneliti berharap temuan ini dapat menjadi titik balik dalam terapi kanker kandung kemih dan dapat dimanfaatkan sebagai modalitas terapi kanker di masa depan. Seperti diketahui, terapi standar kanker kandung kemih cenderung invasif dan membutuhkan waktu yang lama.

Pasien yang menjalani terapi kanker kandung kemih seringkali harus duduk selama minimal dua jam dalam kondisi kandung kemihnya penuh dengan senyawa pembunuh kanker. Tak hanya itu, kanker kandung kemih juga memiliki kecenderungan untuk kambuh kembali setelah proses pembedahan. Sehingga terapi berulang menjadi suatu hal yang kerap ditemui.

World Cancer Research Fund International mengungkapkan bahwa kanker kandung kemih merupakan kanker terbanyak keenam pada laki-laki. Pada 2018, diperkirakan ada hampir 550 ribu kasus kanker kandung kemih baru di dunia. (Adysha Citra Ramadani)

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement