REPUBLIKA.CO.ID, KUPANG -- Sejumlah guru honorer di Kecamatan Haharu, Sumba Timur, Nusa Tenggara Timur mengaku hanya mendapatkan gaji Rp 300 ribu per bulan. Mardiana Juana Poduloya, guru honorer di SD Masehi Kapunduk, Kecamatan Haharu, Kabupaten Sumba Timur mengatakan sudah bekerja di sekolah itu selama 13 tahun dan gajinya masih sama sampai saat ini.
"Gaji saya hanya Rp 300 ribu per bulan. Padahal sudah 13 tahun saya mengabdi di sekolah ini hanya sebagai pegawai honorer," katanya kepada wartawan di Waingapu, Sumba Timur, Senin (19/2).
Ia menceritakan pada awalnya dirinya hanyalah lulusan SMA yang dimintai oleh sekolah tersebut untuk mengajar karena kekurangan guru. Mardiana pun mengaku siap dan mengajar di kelas 1 SD di sekolah itu berdasarkan arahan dari buku yang telah disiapkan.
"Jadi waktu mengajar, karena saya hanya lulusan SMA, saya asal mengajar saja. Saya tidak tahu waktu itu metode-metode mengajar," ujarnya.
Namun karena seiring perjalanan waktu dirinyapun mulai belajar sambil mengajar sehingga akhirnya bisa mengajar dengan metode mengajar yang diharapkan oleh sekolah itu. Dalam perjalanan Mardianapun ingin meningatkan kompetensinya. Ia melanjutkan kuliah dengan mengambil jurusan S1 Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) jarak jauh yang sudah ia mulai sejak tahun 2006 dan selesai pada tahun 2013.
Namun sampai dengan saat ini ia mengaku bahwa belum mendapatkan kesempatan untuk diangkat menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS) oleh pemerintah setempat.
Sama seperti Mardiana, Kartini guru SD di sekolah yang samapun mengaku bahwa saat ini gaji honor yang ia terima sedikit berbeda dengan Mardiana.
"Gaji saya Rp 550 ribu per bulan, dan ini sudah sejak 2005 lalu. Tetapi bagi saya ini masih sangat kurang karena dirinya harus kuliah lagi mengambil jurusan PGSD dengan biaya perbulan Rp 750 ribu padahal gaji hanya Rp 550 ribu," kata dia.
Apalagi, dia juga harus membiayai hidup dari empat orang anaknya. Suaminya hanya bekerja sebagai buruh pelabuhan. Untuk memenuhi kebutuhan hidupnya terpaksa iapun harus berjualan kue agar bisa membayar kuliahnya dia dan iuran sekolah anaknya.
Baik Mardiana dan Kartini mempunyai harapkan yang sama yakni bisa secepatnya diterima menjadi PNS di sekolah tempat ia mengajar.