Jumat 30 Dec 2016 23:38 WIB

Pemkot Depok akan Sulap Kali Ciliwung Depok Jadi Ekowisata

Rep: Rusdy Nurdiansyah/ Red: Karta Raharja Ucu
Petugas dibantu warga membersihkan sampah di Kali Ciliwung, Jakarta, Rabu (11/11).
Foto: Republika/ Yasin Habibi
Petugas dibantu warga membersihkan sampah di Kali Ciliwung, Jakarta, Rabu (11/11).

REPUBLIKA.CO.ID, DEPOK -- Kali Ciliwung menyimpan berbagai fungsi demi kelestarian lingkungan dan kelangsungan hidup masyarakat. Untuk itu, Badan Lingkungan Hidup (BLH) Depok bersama beberapa elemen komunitas lingkungan di Depok tengah menggenjot agar Kali Ciliwung yang melintasi Kota Depok bisa dijadikan ekowisata.

"Depok masih punya potensi wisata alam edukasi yang masih hijau. Kami berharap hijaunya Kali Ciliwung Kota Depok bisa dinikmati semua orang dan sama-sama memelihara lingkungan," ujar Kepala BLH, Kania Parwati seusai menyusuri Kali Ciliwung dari Pos Pantau Saung Bintang ke kawasan Pondok Terong hingga Grand Depok City (GDC). Dengan jarak sekitar tiga km yang ditempuh dalam 45 menit, Jumat (30/12).

Menurut Kania, jika arusnya bagus, banyak potensi wisata yang bisa dinikmati di sepanjang Kali Ciliwung yang melintasi Kota Depok yakni berjajarnya bentangan pohon bambu di sisi kiri dan kanan Kali Ciliwung jadi pemandangan yang indah. "Bagi pecinta arung jeram ini akan menjadi tantangan tersendiri. Hanya saja, arusnya masih terbilang relatif kecil," ungkapnya.

Kania mengakui publikasinya yang kurang soal potensi wisata Kali Ciliwung yang melintasi Kota Depok, sehingga tidak diketahui masyarakat. Padahal, bila ditelusuri lebih jauh, Kali Ciliwung memiliki potensi besar dengan masih banyaknya ruang hijau.

"Saya mengingatkan seluruh warga Depok untuk sama-sama melestarikannya. Misalnya dengan tidak membuang sampah ke Kali Ciliwung atau limbah cair industri. Menjaga ekosistem yang sudah ada. Sehingga ke depannya, Depok akan memiliki wisata air," kata Kania.

Ketua Yayasan Sahabat Ciliwung Depok, Hidayat Al Ramdani, mengungkapkan masih ada beberapa titik limbah cair yang dibuang masyarakat sehingga ruang hijau di bantaran Kali Ciliwung itu pun ternoda dengan bau tidak sedap yang berasal dari limbah pabrik tahu. Kebanyakan dari mereka membuang langsung limbah cari tersebut ke sungai tanpa melalui pengolahan yang benar.

"Andai pengusaha tahu ini bisa disentralisasikan, tentu tak akan ada limbah. Tak ada bau tak sedap jika kita melintasinya Kali Ciliwung," ungkapnya.

Hidayat mengatakan selain mengajak pelajar, mahasiswa, dan masyarakat umum berwisata, pihaknya juga memberi masukan bahwa Kali Ciliwung bukanlah tempat pembuangan sampah. Kali Ciliwung adalah sungai purba yang harus dijaga kelestariannya.

"Sungai adalah awal dari peradaban. Jika Ciliwung jadi tempat wisata diharap dapat mengangkat nama Depok," harapnya.

Menurut Hidayat, Komunitas Ciliwung Depok (KCD) memiliki dua kegiatan rutin, yaitu Piket Ciliwung dan Berbenah Ciliwung. Piket Ciliwung merupakan kegiatan non periodik yang dilakukan dengan mengarungi Kali Ciliwung yang mengaliri Kota Depok.

Piket Ciliwung ini merupakan kegiatan yang ditujukan untuk mengontrol Kali Ciliwung seperti membersihkan sampah atau mengecek hal-hal yang bisa merusak daerah aliran sungai (DAS) Ciliwung di sepanjang Kota Depok.

"Adapun kegiatan ‘Berbenah Ciliwung’ merupakan kegiatan periodik yang dilakukan setiap akhir pekan. Dikatakannya, ‘Berbenah Ciliwung’ selalu mengikut sertakan partisipasi masyarakat di dalamnya," ucap Hidayat.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement