REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA-- Ketua Umum Pemimim Pusat (PP) Muhamadiyah, Din Syamsuddin berharap langgam Jawa dalam membaca Alquran tidak menjadi isu kontroversial yang menimbulkan pro kontra berlebihan.
Meski tidak ada larangannya, Din mengimbau agar pemerintah tidak berpretensi terhadap langgam daerah sebagai pilihan bangsa Indonesia. "Hal itu memecah belah kita, kita sudah punya banyak masalah," kata Din saat ditemui Republika, Kamis(21/5).
Din mengungkapkan, secara normatif theologi tidak ada larangan baik sunnah maupun Alquran dengan pelantunan langgam di luar langgam Arab. Menurutnya, sejatinya Alquran berbahasa Arab dan turun di sana sehingga wajar jika ditransmisikan menggunakan langgam di sana.
"Walapun saya tidak tahu langgam yang digunakan rasulullah langgam gimana? apakah sama dengan yang kita gunakan yang diwarisi para qori," kata Din.
Langgam itu, lanjut Din, dikenal oleh khalayak pada umumnya yang kemudian menjadi tradisi di Indonesia. Ketua Majelis Ulama Indonesia ini pun mengungkapkan, selama tidak ada larangan pada langgam tertentu diharapkan tidak menimbulkan pertentangan di masyarakat.
Meski demikian, Din menjelaskan, kriteria dalam membaca Alquran harus sesuai dengan tajwid serta mahrajnya sehingga huruf dapat benar panjang dan pendeknya. Hal itu, jelas Din, demi mencegah perubahan arti ketika membacakannya. "Jangan sampai pelanggaman itu merubah arti itu menjadi fatal," ujar Din.