Rabu 19 Jun 2019 01:34 WIB

Menkominfo: Buka Akun Media Sosial dengan Nomor Ponsel

Media sosial diminta menerapkan sistem keamanan untuk menekan konten negatif.

Red: Ratna Puspita
Ketua Dewan Pers Mohammad Nuh (kiri) dan Menkominfo Rudiantara (kedua kanan) menyampaikan paparannya saat mengikuti rapat kerja dengan Komisi I DPR di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Selasa (18/6/2019).
Foto: Antara/Indrianto Eko Suwarso
Ketua Dewan Pers Mohammad Nuh (kiri) dan Menkominfo Rudiantara (kedua kanan) menyampaikan paparannya saat mengikuti rapat kerja dengan Komisi I DPR di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Selasa (18/6/2019).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara meminta media sosial menerapkan sistem keamanan yang mengharuskan pengguna membuka akun menggunakan nomor telepon seluler. Rudiantara mengaku mengirimkan surat kepada media sosial berisi permintaan tersebut sebagai langkah menekan akun yang menyebarkan konten negatif.

"Yang membuka akun, rujukannya mandatory harus nomor ponsel. Kalau sekarang kan tidak," kata Rudiantara usai menghadiri rapat kerja dengan Komisi I DPR RI di Senayan, Jakarta, Selasa (18/6).

Baca Juga

Namun, ia tidak menyebutkan secara khusus nama media sosial yang dikirim surat itu untuk ikut menekan penyebaran konten negatif dan hoaks. Ia hanya mengatakan media sosial besar.

Menurut dia, dengan membuka akun media sosial menggunakan nomor telepon seluler (ponsel), akan mudah melacak apabila pemilik akun menyebar konten negatif, termasuk berita bohong atau hoaks. Pemerintah sebelumnya mewajibkan seluruh pengguna jasa telekomunikasi untuk mendaftarkan nomor telepon lengkap dengan identitas sebelum digunakan.

"Jadi kalau melacak gambar, tidak tahu siapa, akun palsu juga bisa," ucapnya.

Ia juga meminta media sosial meningkatkan pelayanan selain menerapkan sistem nomor ponsel untuk membuka akun. Selain itu, media sosial juga diminta menyediakan "artificial intelligence" dan mesin edukasi kepada pengguna.

"Itu untuk bisa mencari dengan cepat. Kita tidak perlu lagi mencari, baru lapor. Harusnya mereka platform itu bisa melakukan deteksi dini dengan mengunakan ''artificial intelligence'' dan mesin learning," tuturnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement