Jumat 03 May 2013 10:41 WIB

Anak Anda Alami Fobia, Jika...

Rep: Susie Evidia/ Red: Endah Hapsari
Anak ketakutan/ilustrasi
Foto: wordpress.com
Anak ketakutan/ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, Apakah anak Anda sering mengalami ketakutan yang tak jelas? Boleh jadi, anak Anda mengalami fobia. Menurut psikolog Rizal Manan, penyebab fobia tidak jelas bahkan kadang tidak rasional sulit dijelaskan. ''Fobia, rasa takut yang tidak sesuai dengan keadaan lingkungan dan sebetulnya tidak membahayakan bagi diri seseorang,'' jelasnya. ''Masa ada orang takut bulu ayam, takut gelap, ketinggian, serangga, ulat?''

Penyebab fobia ini, bisa karena tertular. Maksudnya, ketakutan itu karena 'tertular' akibat melihat orang lain yang ketakutan juga. Misalkan, ibu yang takut kecoa, anaknya akan ikut-ikutan takut kecoa. Anak itu akan menyimpulkan sendiri kalau kecoa itu menakutkan. Karena itu, dia fobia terhadap kecoa.

Anak yang fobia kegelapan biasanya karena anak itu selalu tidur di kamar yang terang benderang. Ketika lampu itu dimatikan (gelap.red), anak akan ketakutan. Dia mengkhayal yang seram-seram, karena orangtua sering kali menakut-nakuti anak bahwa tempat gelap menakutkan, banyak setan dan lainnya. Apakah anak itu pernah melihat setan? Dia tidak bisa menjelaskan.

Orangtua yang sering menakut-nakuti anak bisa juga menyebabkan sang anak fobia terhadap sesuatu. ''Karena fobia ini merupakan pengalaman yang ditularkan dari orang lain, makanya tidak mungkin terjadi pada balita. Biasanya dialami anak-anak yang sudah mengerti situasi,'' tutur lulusan Fakultas Psikologi Universitas Indonesia ini.

Rasa takut itu bisa berupa pengaruh orangtua tentang takhayul. Sering kali orangtua mengatakan kepada anaknya, ''Jangan keluar malam, nanti digondol setan''; ''Jangan main jauh-jauh nanti diculik''; ''Jangan pipis di got nanti dimakan tikus''. 

Orangtua yang sering membuat anak-anak takut, kata Rizal, bisa mengakibatkan anak menderita fobia. Ia menyarankan orangtua lebih baik mengatakan yang jujur kepada anaknya. Misalnya, jangan main jauh-jauh, karena ibu tidak bisa mengawasi, atau jangan pipis sembarang karena kotor. ''Penjelasan itu lebih realistis dan tidak membuat anak ketakutan memikirkan sesuatu yang padahal tidak mungkin terjadi,'' tegasnya.

Perlu dipahami, ketakutan yang dialami anak itu berbeda-beda. Ada yang ringan, takut biasa, tapi ada juga yang parah sehingga bisa membuat si anak pingsan. 

Fobia, jelas Rizal, lebih mudah diatasi dari pada trauma. Anak-anak yang menderita fobia secara bertahap bisa menjadi normal. Caranya? Awali mengajak anak berpikir positif tentang sesuatu yang dia takuti. Misalkan, kecoa itu serangga yang tidak menggigit, walaupun biasanya berada di tempat kotor.

Kedua, saran Rizal, perlihatkan dari jarak jauh dulu sesuatu yang si anak takuti. Begitu anak sudah bisa menerima, dekatkan dengan yang ditakuti si anak, sampai akhirnya anak tidak takut dengan benda tersebut.''Bagaimana pun juga sesuatu yang ditakutkan harus dihadirkan agar anak menjadi tidak takut dan akhirnya terbiasa. Tapi, ingat bukan berarti dipaksakan. Kalau anak takut, jauhkan dulu nanti dicoba kembali,'' kata psikolog anak di Lembaga Terapan Psikologi UI ini.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement