REPUBLIKA.CO.ID, Saat inisiasi menyusu dini (IMD), tak masalah jika ASI belum keluar. Keluarga diharapkan bisa memberikan dukungan kepada ibu yang baru melahirkan. “Hindari stres agar tidak menekan hormon prolaktin yang berguna menghasilkan ASI,” kata dokter spesialis anak, dr I Gusti Ayu Pratiwi SpA MARS.
Selanjutnya, ketika ASI sudah keluar, perhatikan posisi menyusui. Banyak ibu tidak mengetahui posisi menyusui yang nyaman dan aman bagi bayi. Padahal, faktor ini sangat menentukan prestasi menyusui. “Jangan biarkan bayi terlalu mendongak atau menunduk saat menyusu agar proses buka-tutup katup pernapasannya tidak terhalang,” ujar dokter spesialis kedokteran fisik dan rehabilitasi dr Luh Karunia Wahyuni SpKFR.
Ketika menyusui, ibu dapat sambil miring ke samping, telentang, atau tegak. Dalam posisi demikian, proses mengisap berlangsung dengan baik. Kesuksesan menyusu akan memengaruhi kemampuan makanan anak kelak. Anak yang mudah muntah saat makan umumnya dulu tidak terbiasa menyusu dari puting ibu. “Padahal, dengan menyusu langsung berarti ia telah melatih mulut dan rahangnya,” kata Luh.
Selain itu, hingga usia empat bulan, bayi masih menelan dan bernapas secara bersamaan. Ia perlu menyusu agar dapat berlatih memisahkan kedua aktivitas tersebut. Pergerakan lidah dan mulut ketika menyusu juga memengaruhi bicara anak ke depannya. Bagaimana dengan penggunaan dot? “Sebaiknya, bayi tidak diperkenalkan dengan dot hingga ia terampil menyusu langsung melalui puting ibunya,” ujarnya.
Selama menyusui terjadi kontak kulit bayi dengan kulit bundanya. Anak akan mengenali napas sang bunda, denyut jantungnya, hingga wangi badannya. “Proses attachment ibu dan anak pun berlangsung,” kata Tiwi seraya mengimbau ibu yang tengah sakit untuk tidak serta merta menghentikan pemberian ASI.