Senin 30 Mar 2015 16:00 WIB

Kepala Besar Tanpa Isi Apa Gunanya?

Red: M Akbar
berpikir (ilustrasi)
Foto: tafonk.blogspot.com
berpikir (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh Widdi Aswindi

Cobalah di sore hari menjelang weekend untuk menyempatkan waktu di tengah-tengah keluarga. Mencari uang, mencari kesempatan, mencari kesibukan dan mencari popularitas, harus ada batasnya dan ada ada waktunya. Begitulah sederhananya.

Tidak semua waktu kita harus digunakan untuk mencari-cari hal-hal rutinitas semacam itu saja. Bersama keluarga tidak harus di tempat dan lokasi yang mahal-mahal. Di dalam rumah sambil minum air putih dan menonton tayangkan televisi gratis yang bermanfaat lebih baik dan bermanfaat dibandingkan harus ke mall mencari restauran yang sepertinya enak. Tapi ingatlah hal semacam itu rasanya begitu disumpali dengan penuh basa basi.

Kepala semua orang bisa sama besar tapi isi dan otaknya beda-beda. Terkadang banyak yang merasa isi dan otaknya besar. Ah mungkin terlihat sebagai pejabat dan penguasa. Tapi maafkanlah, padahal isinya kompong dan otaknya kecil, terkadnang juga kebijakan dan kelakuannya bagai anak setan saja.

Mudah-mudahan kita termasuk orang-orang yang isi kepalanya full dan otaknya besar. Biar 'bukan orang besar kuasanya' namun berjiwa dan berkarakter 'orang besar'. Mampu menjadi orang yang bisa menyelesaikan masalah, bukan pembuat masalah.

Menjadi manusia yang bertindak dan tidak gampang bicara untuk sebuah citra. Dan yang paling penting, tidak mengajarkan citra menyesatkan yang akan mendekatkan kita pada kehancuran.

Mari kita ajarkan keluarga kita untuk menjadi manusia berkepala yang isinya besar. Tentunya kepala yang berisi dengan pengetahuan dan ilmu. Begitu juga denan ukuran otak yang besar karena menampung info-info yang berguna, bukan sampah informasi yang menyesatkan.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement