Ahad 08 Nov 2015 13:08 WIB

Membangkitkan Wisata Indonesia dan Spirit Wonderful Indonesia

Red: M Akbar
Menteri Pariwisata (Menpar) Arief Yahya.
Foto: Republika/Tahta Aidilla
Menteri Pariwisata (Menpar) Arief Yahya.

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Arief Yahya (Menteri Pariwisata)

Tak boleh ada kata menyerah. Setidaknya itulah yang perlu digambarkan untuk terus mempromosikan potensi pariwisata di Indonesia kepada wisatawan mancanegara. Optmisme itu kini semakin merekah dengan adanya keterlibatan pihak yang kami sebut Kopassus alias pasukan khusus. Mereka bukanlah tentara, tetapi para diplomat yang siap membantu kami mewujudkan mimpi menuju angka 20 juta wisman pada 2019.

Keterlibatan pasukan khusus ini menjadi usaha nyata setelah saya berkunjung ke New York, Amerika Serikat. Saya berharap keterlibatan para diplomat ini akan bisa turut memperkuat promosi Wonderful Indonesia di Amerika. Berulang kali saya bilang, sisihkanlah waktu untuk turut mempromosikan Wonderful Indonesia.

Kasih space yang cukup untuk didedikasikan buat membesarkan pariwisata nasional menuju target double 20 juta wisman di 2019. Sudah saatnya kita membangun negeri, menggenjot wisman, menciptakan ekosistem yang kondusif di luar negeri. Saya yakin, dengan adanya keterlibatan banyak pihak, ujungnya nanti dapat menaikkan income dan devisa dari sektor pariwisata.

Saya menyadari, tidak ada garis komando antara Kementerian Pariwisata dan para duta besar maupun diplomat yang sedang bertugas di luar negeri. Tapi tidak ada salahnya untuk melibatkan mereka. Demi Merah Putih, demi Bangsa Indonesia. Jika itu dilakukan maka semoga saja akan tercipta spirit Indonesia yang lebih incorporated. Inilah yang sebenarnya disebut Presiden Joko Widodo (Jokowi) sebagai bentuk Revolusi Mental yang mengesampingkan ego sektoral serta mengedepankan semangat ke-Indonesiaan.

Perlu diketahui juga, saat ini di kawasan ASEAN, Indonesia masih kalah bersaing untuk mendapatkan kunjungan wisman. Kita masih di bawah Malaysia yang berjumlah 27 juta, Thailand 25 juta, bahkan dengan negeri yang amat kecil di tengah Selat Malaka, Singapura yang berjumlah 15 juta tahun 2014. Bandingkan dengan Indonesia yang kini masih 9,4 juta wisman.

Tapi di sinilah tantangannya. Kita harus segera berbenah. Lebih baik kehilangan muka sekarang, di tengah para pejabat sendiri, daripada dipermalukan ketika performansi dan capaian targetnya semakin jauh dari proyeksi. Dibandingkan dengan negara-negara tadi, kita sebenarnya memiliki banyak keunggulan. Potensi wisata kita lebih eksotis, lebih cantik, lebih nature, lebih ramah, dan lebih alami. Tapi fakta yang ada, kita masih kalah.

Terus terang, saya membayangkan kalau kita akan bisa mengalahkan Malaysia. Saya juga bisa berimaginasi dan mencari cara untuk mengejar Thailand yang sudah 40 Miliar Dolar AS atau sudah mengalahkan komoditas terbesar Indonesia, minyak dan gas. Untuk itulah perlu adanya kerjasama dari banyak pihak untuk bisa meraih target besar tersebut.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...

Apa yang paling menarik bagi Anda tentang Singapura?

1 of 7
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement