REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Arie Suryani (Direktur Program Sinergi Foundation)
Prof. Syed Muhammad Naquib al-Attas, seperti dikutip Adian Husaini, dalam artikelnya 'Jangan Lupa Tujuan Pendidikan' merumuskan bahwa tujuan pendidikan adalah untuk menghasilkan orang yang baik (to produce a good man). Kata al-Attas,''The aim of education in Islam is therefore to produce a goodman- the fundamental element inherent in the Islamic concept of education is the inculcation of adab.''
Siapakah manusia yang baik atau manusia beradab itu? Dalam pandangan Islam, manusia seperti ini adalah manusia yang kenal akan Tuhannya, tahu akan dirinya, menjadikan Nabi Muhammad saw sebagai uswah hasanah, mengikuti jalan pewaris Nabi (ulama), dan berbagai kriteria manusia yang baik lainnya. Manusia yang baik juga harus memahami potensi dirinya dan bisa mengembangkan potensinya, sebab potensi itu adalah amanah dari Allah SWT.
Masih menurut Adian, Manusia dikaruniai akal, bukan hanya hawa nafsu dan naluri. Manusia bukan hanya hidup untuk memenuhi syahwat atau kepuasan jasadiahnya semata. Ada kebutuhan-kebutuhan ruhaniah yang harus dipenuhinya juga. Semua fungsi dan tugas manusia itu akan bisa dijalankan dengan baik dan benar jika manusia menjadi seorang yang beradab.
Dalam kerangka ini, Sinergi Foundation (SF), sebagaimana misinya, berikhtiar untuk mendorong, menginspirasi serta membangun kolaborasi strategis dengan para pihak, yang peduli terhadap kebangkitan negeri, menuju masyarakat yang mandiri, produktif dan berkarakter.
Termasuk upaya di ranah pendidikan, dengan menggagas program Beasiswa Pemimpin Bangsa (BPB) sejak 5 tahun ke belakang. Sebuah program beasiswa pendidikan terpadu bagi mahasiswa berprestasi dari kalangan dhuafa di Perguruan Tinggi Negeri dengan pola asrama.
Hingga kini, angkatan ke-5, dari jumlah ratusan yang mendaftar, 78 mahasiswa saja yang lolos hingga seleksi akhir. Mereka tersebar di lima Perguruan Tinggi Negeri: ITB, UNPAD, UPI Bandung, UIN SGD Bandung, Universitas Indonesia (UI) Jakarta.
Sejumlah 18 di antara penerima manfaat telah menyelesaikan masa studi dari Kampus masing-masing. Mereka tersebar di pelbagai instansi, perusahaan, pun sebagai entrepreneur di bidangnya.
Pencapaian tentu masih berproses. Tapi harus diakui, jika bicara soal faktor jasadiah, dalam hal ini ekonomi, pendidikan perlahan cukup efektif memutus rantai kemiskinan. Sebagian di antara penerima manfaat Beasiswa yang kini berkarya di bidangnya masing-masing, bahkan ada yang telah secara rutin menjadi pemberi donasi (donatur).
Sesuatu yang cukup membanggakan, tapi tentu tak berhenti di situ. Sebab goal program, menyemai benih calon-calon pemimpin bangsa masa depan, rupanya masih memerlukan evaluasi menyeluruh, sejak akar hingga pohonnya, mulai pangkal hingga ujungnya. Karena kita yakini, bahwa generasi terbaik tentu lahir dari upaya pendidikan terbaik.
Seperti pesan sarat hikmah Pecinta Ilmu nan zuhud, Imam Syafii, melalui sebuah syair: Siapa yang tidak pernah merasakan pahitnya belajar satu saat saja, Niscaya ia akan menderita sepanjang hidupnya karena kebodohan
Siapa yang tidak belajar di masa mudanya, maka dirikanlah shalat empat takbir untuk kematiannya. Demi Allah, hdup pemuda dengan ilmu dan ketakwaan, jika keduanya tak ada, maka pribadinya tak bernilai