REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Ahmad Heryawan (Gubernur Jabar dan Ketua Umum PB PON XIX Jabar)
Tuntas sudah helatan akbar Pekan Olahraga Nasional (PON) XIX 2016 di 16 kota/kabupaten Jawa Barat sesaat setelah penulis bersama tekan tombol sirene bersama Wapres Jusuf Kalla, Menpora Imam Nahrawi dan Ketua KONI Tono Suratman, Jumat (29/09/2016) malam.
Sekalipun masih ada pekerjaan rumah terkait berikutnya, Pekan Paralimpik Nasional (Peparnas) XV di Kota Bandung, 15-24 Oktober 2016, namun kita tetap harus panjatkan syukur karena helatan utama dan besarnya telah mampu digelar dengan sejumlah pencapaian istimewa.
Jika sudah sering menyimak, pencapaian istimewa ini terangkum dalam frase Catur Sukses; Tak hanya pertandingan lancar, tapi juga penuh prestasi/rekor, sekaligus menggulirkan ekonomi serta administrasi kegiatan yang akuntabel dan jauh dari praktik KKN.
Tentu saja, bukan sekedar klaim, penulis akan sertakan sejumlah indikatornya. Pertama, sukses prestasi. Yang paling signifikan (karena sebelumnya tidak ada) dibandingkan PON XVII Kalimantan Timur dan PON XVIII Riau adalah tercetaknya lima rekor dunia! Lima rekor ini tercakup dalam total 153 rekor yang terdiri dari dari rekor PON 89, Sea Games 1, Asia 26, Dunia 5, dan Nasional 32 rekor. Rinciannya berasal dari cabang Angkat berat 3 rekor, Angkat Besi 7, Atletik 15, Menembak 16, Paralayang 1, Renang 35, dan Selam 12.
Perlu digarisbawahi, lima rekor dunia tersebut bukan ditorehkan atlet Jawa Barat, tetapi dari provinsi lainnya. Mereka yang meraihnya semua srikandi atlet besi yakni atlet Kalimantan Barat (Eka Komalasari kelas 47 kg putri), Riau (Sri Rahayu kelas 84 kg putri), Kaltim (Widari, dua rekor kelas 47 kg), dan Lampung (Sri Hartati, kelas 57 kg putri).
Oleh karena itu, dengan torehan prestasi olahraga tertinggi dari non atlet Jawa Barat ini, kian mematahkan anggapan-anggapan tuan rumah memaksakan segala cara. Justru sebaliknya, pada beberapa cabang potensial pun, Jawa Barat dalam posisi setara saja. Dua atlet sepatu roda yang nyata mencapai garis finish, ternyata didiskualifikasi. Bahkan polo air yang dibahas terus ricuh, faktanya Jawa Barat puas di urutan kedua setelah kalah dari tim Jakarta.
Selain rekor dunia, sukses prestasi terlihat dari kenaikan jumlah rekor dari PON XVII Riau sebelumnya yakni 147 rekor (PON 136, Sea Games 1, Asia 1, dan Nasional 9). PON XVII 2008 Kaltim lebih tinggi 176 rekor (PON 115, Sea Games 2, Asia 1, dan Nasional 58) namun tak ada rekor dunia.
PON XIX 2016 Jawa Barat juga memunculkan prestasi signifikan dari sebelumnya dengan banyak bermunculannya atlet muda yang mampu mengalahkan seniornya, bahkan sekaligus mencetak rekor, seperti ditunjukkan di bidang renang.
Bahkan, data Bidang Pertandingan PON menunjukkan ada lima atlet termuda (rentang usia 10 tahun dan 11 tahun) yang telah berpartisipasi antara lain di bidang renang indah, dance sport, dan sepatu roda. PON Jabar nyata merekahkan harapan dan asa prestasi ke depannya.
Dari sisi jalannya pertandingan, apa yang menjadi kegaduhan terutama di media sosial, sangat jauh asap dari panggang. Sebab, dari total 5.202 pertandingan, hanya terjadi kericuhan di 11 pertandingan atau hanya 0,2 persen saja yang ramai.
Itupun sebenarnya sudah selesai di keesokan harinya dalam forum Chief De Mission/CDM (ketua kontingen) yang disiapkan PB PON bersandingan dengan forum Dewan Hakim serta Dewan Pengawas dan Pengarah (Panwasrah) KONI Pusat.
Ketidakpuasaan di ketiga forum tertinggi itupun hanya mencapai gugatan sengketa sembilan buah saja atau turun drastis dari PON sebelumnya sebanyak 41 gugatan. Untuk itulah, secara obyektif, mengacu data-data diatas, prestasi besar diraih dalam helatan tahun ini.
Kedua, sukses penyelenggaraan. Dari pertemuan dengan CDM yang dilangsungkan H-2 sebelum penutupan, seluruhnya menyampaikan kepuasaan terhadap penyelenggaraan PON, terutama di bidang akomodasi dan tranportasi.
Kami all out melayani para tamu sebagai wujud penerapan someah ka semah (ramah ke tamu). Tahun ini, PB PON siapkan 384 unit bus besar, 507 unit bus sedang, 222 unit bus kecil, 159 unit MPV, 68 unit double cabin, 34 kendaraan 2.500 cc, dan 36 unit kendaraan 2.000 cc.
Untuk akomodasi kontingen, 9.265 atlet, dan 4.073 ofisial ditempatkan di 116 hotel di 16 kab/kota. Sementara 10.228 panitia pelaksana cabang olahraga ditempatkan di 106 hotel dan nonhotel, lengkao dengan konsumsi memadai dan sesuai standar standar kebutuhan cabang olahraga.
Memang ada satu cabang olahraga yang jadwal pertandingannya terpaksa molordari jadwal. Tapi itupun terjadi karena faktor force majeur. Sukses penyelenggaran, lagi-lagi dengan parameter signifikan, terlihat dari bea yang dikeluarkan PB PON.
Kali ini, sekalipun dilaksanakan di 16 kota/kabupaten dengan 44 cabang olahraga (Olimpiade Rio 2016 saja hanya 28 cabang), PB PON mengeluarkan bujet kisaran Rp2,4 triliun. Bukan hanya untuk PON, tapi juga Peparnas.
Ini bisa dikomparasikan dengan PON Kaltim 2008 butuhb Rp4,6 triliun untuk 43 cabang dan di enam kota. PON Riau 2012 Rp2,2 triliun pada 39 cabang di sembilan kota. PON XX di Papua tahun 2020 nanti diestimasikan perlu biaya hingga Rp15 triliun.
Artinya, dengan bujet minimal bisa dihasilkan kondisi optimum. Selepas PON, Jawa Barat memiliki tiga stadion standar FIFA (di Bogor, serta Kota dan Kab. Bekasi), dua SOR terpadu modern (Arcamanik dan Jatinangor), pacuan kuda standar internasional di Legokjawa, Pangandaran, venue BMX di Ciamis, dan banyak lagi.
Oleh karenanya, tujuan besar Pemprov Jawa Barat membangun sumber daya manusia melalui olahraga tereskalasikan dengan baik. Tinggal menjadi pekerjaan rumah kita bersama, termasuk media massa, agar mengawasi bersama jangan sampai venue jadi terbengkalai selepas PON.
Pemprov Jawa Barat pun berharap, kemegahan sarana prasana warisan PON, seperti Stadion Pakansari, Kab. Bogor, Stadion Stadion Patriot di Kota Bekasi, dan Stadion Wibawa Mukti di Cikarang Timur, Kabupaten Bekasi, bisa dimanfaatkan untuk kepentingan bangsa ini.
Pemerintah pusat, terutama Kemenpora, maupun KONI, kami ajak untuk gunakan fasilitas olahraga tersebut guna kepentingan Indonesia. Misal yang terdekat untuk pelaksanaan Asian Games 2018 yang akan dihelat di tanah air tercinta ini.
Ketiga, sukses ekonomi kerakyatan. Selama dua minggu PON, kami mengadakan pameran besar untuk UMKM yang digelar di 16 kota dan kabupaten di Jawa Barat yang menjadi penyelenggara pertandingan. Pameran ini rata-rata berlangsung selama tiga hari selama akhir pekan.
Ada pula bazar “Kampung Atlet”, yang digelar di venue pertandingan. Semula bazar ini dibuka di 41 venue, tapi karena ada keterbatasan ruang, jumlah itu dikurangi hingga tinggal 12 venue. Selain itu, kami mempertimbangka kemudahan akses masyarakat ke lokasi bazar, sehingga venue pertandingan yang sulit dijangkau dicoret dari daftar.
Dan terakhir adalah adanya pameran terakhir adalah jenis pameran non-APBD, digelar di tiga tempat di Kota Bandung, yakni halaman kantor Stasiun TVRI di Cibaduyut, Pussenif PPI di Jalan Supratman, dan Trans Studio Mall. Selain pameran dan bazar tadi, Dekranasda Jawa Barat membuat merchandise resmi PON XIX dan Peparnas XV 2016 Jawa Barat (tas, kaus, kemeja, mug, gantungan kunci, serta boneka surili). Pembuatan cendera mata melibatkan 30 perajin terpilih dari berbagai daerah di Jawa Barat.
Keempat, sukses administrasi. Memang proses audit makro baru akan dilakukan beberapa saat ke depan. Akan tetapi, kami optimistis semua tahapan sudah dilakukan karena dalam proses lelang awal pun diawasi BPK dan BPKP. Itu sebabnya, proses pembangunan baru dilakukan ketika sudah ada approval dari mereka, sehingga venue pun ada yang baru selesai 12 September 2016. Kami tidak ingin jemawa, namun Insya Allah, sukses administrasi pun akan bisa diraih Jawa Barat.
Terima Kasih. Karenanya, sekalipun tak bisa memerinci satu persatu, penulis selaku Gubernur Jawa Barat dan Ketua Umum PB PON XIX Jawa Barat, menghaturkan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang memungkinkan tercapainya parameter-parameter empat sukses tadi.
Terutama sekali, hatur nuhun penuh tulis dihaturkan kepada para atlet Jawa Barat yang telah bekerja keras mengembalikkan supremasi Jawa Barat sebagai juara umum setelah 55 tahun lamanya. Lebih khusus lagi, dari target 181 medali emas, para pahlawan di lapangan ini bahkan mampu memberikan sampai 217 medali emas.
Kiranya, ini semua harus jadi cambuk bagi kita terus menjaga prestasi, khususnya membawa nama Indonesia dalam ajang internasional ke depannya dan umumnya dalam membawa kembali Jawa Barat mempertahankan predikat juara umum dalam PON XX tahun 2020 di Papua nanti.
Penulis akhiri dengan mengambil hikmah dari Quran Surat Al-Anfaal ayat 45, bahwa jika kita memenangkan sebuah peperangan/kompetisi, semata itu datang atas izin Allah Swt --bukan dominan karena kepiawaian para pihak yang terlibat PON XIX Jawa Barat ini.