Ahad 24 Mar 2013 07:41 WIB

Lapas, Teroris dan Kudeta

Faqih
Foto: Republika/Daan
Faqih

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh Mansyur Faqih/ Editor ROL

Sabtu (23/3) sekira pukul 01.00 WIB, belasan orang berpenutup wajah dan bersenjata lengkap menerobos masuk ke Lembaga Pemasyarakatan (LP) Cebongan, Sleman, Yogyakarta. Mereka mencari empat orang tahanan yang sebelumnya terlibat kasus pengeroyokan anggota Kopassus di Cafe Hugo's beberapa waktu lalu.

Dengan mengancam penjaga dan sipir LP, mereka akhirnya bisa masuk ke ruang tahanan dan langsung mengeksekusi empat orang tersebut. Mereka bekerja cepat. Hanya dalam hitungan menit, rombongan itu berhasil menyelesaikan apa yang mereka inginkan. Seakan telah terbiasa melakukan penyerangan secara cepat dan bersih. Saya membayangkan kejadian itu seperti adegan film tim SWAT yang melumpuhkan para penjahat.

Ada beberapa fakta yang membuat masyarakat menduga kalau penyerangan itu dilakukan oleh orang-orang terlatih. Pertama, empat orang tersebut merupakan tersangka atas penusukan anggota Kopassus Sertu Santoso yang dikeroyok di sebuah kafe di Yogyakarta.

Dalam perjalanan menuju RS Bethesda Yogyakarta, Santoso meninggal. Empat orang pelaku pengeroyokan langsung ditahan dan dititipkan di LP Cebongan.

Kedua, bahwa belasan penyerang itu memiliki kemampuan dalam melakukan penyerangan dengan cepat dan bersih. Juga dilengkapi dengan persenjataan yang cukup lengkap. Sempat disebut kalau para penyerang membawa AK 47 dan granat tangan.

Pihak Kopassus membantah keterlibatan anggotanya dalam eksekusi tersebut. Mereka menyatakan, seluruh prajurit Koppasus yang berjumlah 800 orang berada di dalam markas grup, Kandang Menjangan, Kartosuro, Sukoharjo. Bahwa tak ada anggota yang tercatat keluar dari markas pada Jumat (22/3) malam.

Bahkan, Pangdam IV Diponegoro Mayjen Hardiyono Saroso mengatakan kalau orang yang terlatih menggunakan senjata dan melakukan penyerangan bukan hanya TNI saja. Ia menyebut, bisa ada kemungkinan aksi itu dilakukan teroris yang justru lebih terlatih dari aparat negara semisal TNI dan polisi.

Yang pasti, 'teroris' itu telah berhasil. Tak hanya berhasil mengambil nyawa empat orang, tapi juga menyusupkan rasa ketakutan di masyarakat Yogyakarta. Karena setelah penembakan tersebut, muncul isu melalui media sosial dan juga pesan singkat yang menyatakan Yogyakarta tidak aman.

Berbagai kabar berseliweran di antara masyarakat Kota Pelajar yang terkenal ramah. Misalnya saja, masyarakat dilarang keluar, banyak kelompok akan melakukan penyerangan, dan awas peluru nyasar.

Ini seakan menjadi tamparan besar bagi pemerintah. Bagaimana tidak, fakta ada sekelompok orang bersenjata yang bisa menerobos masuk ke sebuah lembaga negara menjadi sebuah fakta yang tak terbantahkan. Apalagi untuk LP yang harusnya memiliki keamanan superketat. Pemerintah juga tak begitu sukses melakukan antisipasi cepat atas beredarnya isu keamanan yang malah menyebar cepat di masyarakat. 

Saya teringat isu adanya kudeta yang konon akan digelar Senin, 25 Maret mendatang. Memang, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) sudah menyatakan tidak khawatir akan adanya kudeta terhadap pemerintahannya yang akan berakhir tahun depan. Boleh jadi hal ini benar. Karena, hal itu tidak akan menguntungkan Indonesia secara keseluruhan. Ini mengingat SBY tak akan bisa maju lagi pada pemilu mendatang. Sehingga, buat apa repot-repot menggelar kudeta yang malah berpotensi merusak situasi kondusif yang ada.

Namun, tindakan 'teroris' di Sleman boleh jadi semacam peringatan bagi pemerintah. Setidaknya ini membuktikan kalau keamanan institusi negara dapat dengan mudahnya ditaklukan. Memang dalam konteks ini hanya sebuah LP di luar Jakarta. Namun, bukan pertama kali penerobosan keamanan negara terjadi. Bahkan, keamanan SBY pun pernah diterobos oleh seorang tukang kebun bernama I Made Subrata saat pembukaan ASEAN Fair 2011 di Nusa Dua, Bali.

Sekarang bayangkan, jika kudeta itu benar-benar terjadi. Bayangkan jika ada 'teroris-teroris' lain dengan persenjataan lebih lengkap dan persiapan lebih matang mencoba menerobos keamanan negara lainnya, termasuk lingkaran SBY. Apakah ada kemungkinan kudeta itu bisa berhasil?

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يَسْتَفْتُوْنَكَۗ قُلِ اللّٰهُ يُفْتِيْكُمْ فِى الْكَلٰلَةِ ۗاِنِ امْرُؤٌا هَلَكَ لَيْسَ لَهٗ وَلَدٌ وَّلَهٗٓ اُخْتٌ فَلَهَا نِصْفُ مَا تَرَكَۚ وَهُوَ يَرِثُهَآ اِنْ لَّمْ يَكُنْ لَّهَا وَلَدٌ ۚ فَاِنْ كَانَتَا اثْنَتَيْنِ فَلَهُمَا الثُّلُثٰنِ مِمَّا تَرَكَ ۗوَاِنْ كَانُوْٓا اِخْوَةً رِّجَالًا وَّنِسَاۤءً فَلِلذَّكَرِ مِثْلُ حَظِّ الْاُنْثَيَيْنِۗ يُبَيِّنُ اللّٰهُ لَكُمْ اَنْ تَضِلُّوْا ۗ وَاللّٰهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمٌ ࣖ
Mereka meminta fatwa kepadamu (tentang kalalah). Katakanlah, “Allah memberi fatwa kepadamu tentang kalalah (yaitu), jika seseorang mati dan dia tidak mempunyai anak tetapi mempunyai saudara perempuan, maka bagiannya (saudara perempuannya itu) seperdua dari harta yang ditinggalkannya, dan saudaranya yang laki-laki mewarisi (seluruh harta saudara perempuan), jika dia tidak mempunyai anak. Tetapi jika saudara perempuan itu dua orang, maka bagi keduanya dua pertiga dari harta yang ditinggalkan. Dan jika mereka (ahli waris itu terdiri dari) saudara-saudara laki-laki dan perempuan, maka bagian seorang saudara laki-laki sama dengan bagian dua saudara perempuan. Allah menerangkan (hukum ini) kepadamu, agar kamu tidak sesat. Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”

(QS. An-Nisa' ayat 176)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement