REPUBLIKA.CO.ID, Oleh Citra Listya Rini/Editor ROL
Anda penggila 'gadget'? Hmmm tampaknya Anda bukanlah satu-satunya orang yang menjadi penikmat sekaligus 'korban gadget'. Kemunculan 'gadget' yang awalnya untuk memudahkan komunikasi seseorang justru berujung 'merusak' tatanan hidup manusia di muka bumi (silahkan keberatan jika tidak setuju dengan anggapan ini).
'Korban gadget'. Predikat ini layak disematkan bagi mereka yang tidak bisa hidup tanpa 'gadget' di tangannya. Setiap detik, menit, jam, tiada waktu tanpa memalingkan pandangan dari 'gadget'.
Contoh konkret dari korban keganasan 'gadget' dapat kita sadari dalam kehidupan sehari-hari. Dulu belum ada 'gadget canggih' kalau berjalan seseorang menegakkan kepalanya dengan pandangan ke depan, tapi sejak memiliki 'gadget super canggih' di tangannya, seseorang berjalan menunduk lantaran sibuk memainkan 'gadget'-nya.
Satu lagi contoh nyata lainnya. Dulu kalau seseorang mampir ke cafe, biasanya langsung memanggil 'waitress' untuk memesan minuman atau makanan. Nah, sekarang jika seseorang masuk ke cafe justru langsung memanggil 'waitress' untuk menanyakan satu hal, yaitu mbak atau mas di cafe ini ada 'WIFI' alias akses internet gratis enggak ya?
Bukan tanpa alasan seseorang menjadi 'korban gadget' belakangan ini. Lantaran 'gadget' memenuhi segala kebutuhan penggunanya. Mulai dari memenuhi kebutuhan komunikasi, data, hiburan hingga penunjuk arah atau sekadar mengetahui cuaca.
Penduduk di negara maju seperti Korea Selatan saja tidak luput menjadi 'korban gadget'. Belum lama ini, saya menyempatkan diri berkunjung ke Seoul, Korea Selatan, setibanya di negeri Ginseng itu saya langsung terpana melihat pola perilaku warga setempat yang tidak bisa lepas dari 'gadget' di tangannya.
Ketika saya menaiki subway alias kereta bawah tanah, pemandangan umum yang terlihat adalah para pengguna kereta yang asyik memainkan 'gadget' di tangannya. Mulai dari anak remaja, dewasa hingga kakek-nenek, mereka semua asyik sendiri dengan 'gadget'-nya. Mereka 'cuek bebek' dengan orang yang duduk di depan atau sampingnya karena perhatian disita oleh si gadget.
Mereka ada yang terlihat asyik 'browsing' internet, memainkan 'game online', melihat video di You Tube hingga berkomunikasi lewat aplikasi LINE. Oh ya, sekadar info tambahan saja, selama sepekan di Seoul, saya hanya melihat tiga merek 'gadget' yang digunakan sebagian besar warga setempat, yakni Samsung (produk asli Korea Selatan), iPhone dan HTC.
Tidak hanya di dalam kereta bawah tanah, saat saya 'melipir' ke cafe, rumah makan, pusat perbelanjaan, 'tourist site', taman kota hingga minimarket, 'gadget' selalu menemani hidup warga Seoul. Mereka yang tidak menjadi 'korban gadget' biasanya memilih asyik bergerumul dengan teman-temannya, rekan kerja, anggota keluarga dan kekasih'. Kegiatan sosialiasi sesungguhnya pun semakin terkikis lantaran manusia lebih suka 'bergaul' dengan 'gadget'-nya.
Boleh dibilang 'fenomena perilaku' warga Seoul tidak berbeda dengan warga Jakarta maupun penduduk kota besar lainnya di dunia. 'Gadget' sudah menjadi bagian dari 'lifestyle' seseorang. Parahnya, 'gadget' yang berbagai bentuk itu justru tidak selamanya memintarkan seseorang semata melainkan membodohi juga. Bahkan, anak-anak menjadi korban 'gadget' karena keranjingan.
Psikolog anak, Ratih Andjayani Ibrahim, mengimbau bahaya anak-anak 'keranjingan gadget' kepada orang tua. "Rasa adiksi anak pada gadget, dapat membuatnya bosan dan sulit berkonsentrasi pada dunia nyata, terutama untuk mendengarkan orang tuanya," katanya. Ratih pun menyarakan orang tua mengajari anak dan menjelaskan kapan waktu yang tepat untuk mereka boleh menggunakan gadget.
Kehadiran 'gadget' juga menimbulkan gaya hidup yang kurang sehat lainnya. 'Gadget' yang perangkatnya canggih dan terus diperbarui setiap waktunya membuat seseorang rela menghabiskan uangnya untuk memiliki 'gadget' keluaran terbaru. Semakin keren, canggih dan mahal 'gadget' yang dimiliki, maka seseorang merasa lebih percaya diri dan bangga.
Alhasil, fungsi 'awal' gadget pun bergeser menjadi simbol prestise seseorang. Status sosial seseorang kini bisa diukur dari 'gadget' yang dimiliki di tangannya. Gaya hidup yang tidak sehat pun tak terhindarkan karena kehadiran gadget super canggih, sebaliknya bagi produsen 'gadget' fenomena gaya hidup belakangan ini justru menjadi sumber pengeruk pundi-pundi karena produknya laku keras.
Perlu Anda ketahui 'gadget' di tangan Anda juga bisa menjadi sumber masalah besar. Kaspersky Lab, penjamin keamanan IT untuk 300 juta penduduk di seluruh dunia, mengamati tren-tren utama lanskap keamanan 'mobile' dewasa ini. Salah satu temuan yang didapatkan adalah bahwa perangkat 'mobile' sekarang telah menjadi obyek serangan tertarget dan kegiatan mata-mata 'cyber' karena tidak sedikit pengguna perangkat 'mobile' yang menyimpan data penting mereka di perangkat yang mereka gunakan.
Beberapa modul yang digunakan oleh pelaku didesain khusus untuk mencuri data dari ponsel biasa dan 'smartphone' seperti iPhone, BlackBerry dan Nokia, termasuk juga Android.
Denis Maslennikov, Analis Malware Senior, Kaspersky Lab, mengatakan penjahat 'cyber 'benar-benar serius menggarap perangkat 'mobile' karena perangkat mobile saat ini biasanya berisi data yang lebih pribadi yang dahulu disimpan di PC. Pada tahun 2012, Kaspersky Lab mencatat ribuan program jahat baru dengan tujuan mencuri informasi, mengambil uang dari akun mobile dan rekening bank dan memata-matai pengguna.
Lantas apa perlu 'gadget' super canggih dibasmi dari muka bumi? Atau hanya perlu dibatasi peredarannya? Saran saya sebaiknya menyadari fungsi semula 'gadget' secara seksama sehingga Anda tidak kebablasan menjadi 'korban gadget' yang dimiliki. Jangan sampai 'gadget' yang sepatutnya menjadi 'penolong' kehidupan Anda justru menjadi 'sumber masalah'. Pesan saya, hati-hati karena 'Gadget-mu, Harimaumu!'.