Jumat 24 Oct 2014 17:00 WIB

'Macan Asia' Masuk Kandang?

Citra Listya Rini
Foto: Dok Pri
Citra Listya Rini

Oleh: Citra Listya Rini

Redaktur Bola Republika Online

Rakyat Indonesia saat ini tengah larut dalam euforia kehadiran presiden ketujuh yakni Joko Widodo (Jokowi) dan wakilnya Jusuf Kalla (JK). Pun, menanti susunan kabinet yang bakal mengawal duet Jokowi-JK. Publikasi media massa pun dipenuhi berita seputar duet Jokowi-JK.

Sejenak publik di tanah air sama sekali tidak tertarik melirik kabar Timnas Indonesia U-19 yang sedang redup sinarnya. Ya, skuat asuhan Indra Sjafri kini tidak lagi menjadi buah bibir di tanah air menyusul kegagalan Evan Dimas cs di Piala Asia U-19 2014 yang dihelat di Myanmar. Padahal, sebelumnya publik tanah air sangat antusias dan selalu ingin tahu kabar terbaru seputar Timnas Indonesia U-19.

Bosankah atau hilang sudah harapan di benak pecinta si kulit bundar tanah air terhadap sepak terjang pesepak bola nasional? Bisa ya, bisa tidak. Yang jelas pecinta sepak bola di Indonesia tidak pernah absen menonton pertandingan Liga Primer Inggris, Serie A Italia ataupun La Liga Spanyol.

Ya paling tidak publik di tanah air masih menyempatkan diri menyaksikan aksi pesepak bola nasional dalam lanjutan delapan besar Indonesia Super League (ISL). Lantas, Timnas Indonesia U-19? It’s over kalau orang barat bilang.

Mungkin ROLers masih ingat betul bagaimana hebatnya aksi Timnas Indonesia U-19 yang meraih trofi Piala AFF U-19 2013 dan mengalahkan Korea Selatan di kualifikasi Piala Asia U-19 2014. Di luar dugaan skuat Garuda Jaya terbang tinggi dengan kepakan sayapnya.

Berjuta-juta pujian pun dilemparkan ke skuat asuhan Indra Sjafri ketika itu. Pecinta si kulit bundar di tanah air pun larut dalam euforia kebangkitan sepak bola Merah Putih panggung dunia.

Nama Evan Dimas cs dan coach Indra Sjafri pun melejit bak meteor di atas langit. Booommm! Publikasi besar-besaran seputar Timnas Indonesia U-19 seakan tidak ada habisnya. Orang-orang mengelukan Timnas Indonesia U-19 beserta sang juru taktik. Ekspektasi tinggi di dunia sepak bola pun menghampiri publik tanah air terhadap Timnas Indonesia U-19.

Bak boyband yang sedang naik daun, Evan Dimas cs memiliki segudang agenda di lapangan hijau. Berlabel Tur Nusantara, Timnas Indonesia U-19 ‘menghibur’ pecinta si kulit bundar di tanah air dari Sabang sampai Merauke. Penjualan tiket laga uji coba yang dilakoni Evan Dimas cs melawan klub pilihan panitia pun laku keras bak kacang goreng.

Tur Nusantara pun menjadi perbincangan masyarakat luas lantaran disiarkan langsung oleh stasiun televisi swasta nasional. Usai melakoni Tur Nusantara Jilid I dan II hingga Timur Tengah, Timnas Indonesia U-19 juga mengikuti ajang Sultan Hassanal Bolkiah Trophy (HBT) di Brunei Darussalam.

Nah, performa Evan Dimas cs mulai melorot di HBT. Meskipun hanya tampil pada turnamen pemanasan sebelum berjuang di Piala Asia U-19, di Myanmar, Oktober 2014, Garuda Jaya dinilai tidak memiliki pola permainan yang jelas, berbanding terbalik kala masih tampil di Piala AFF serta kualifikasi Piala Asia U-19.

Permainan Garuda Jaya terlihat sangat monoton tanpa adanya variasi dalam menyerang serta kurang terorganisir dalam bertahan. Terbukti selama ajang HBT, Timnas  Indonesia U-19 hanya mampu mencetak dua dol dengan defisit kebobolan enam gol dalam tiga pertandingan.

Apakah para calon lawan sudah mempelajari dan membaca pola permainan Evan Dimas cs?  Ataukah anak-anak didik Indra Sjafri sudah merasa bosan dan lelah?

Bukan hanya bermain buruk di ajang HBT, skuat Garuda Jaya juga tampil buruk kala melakoni Tur Spanyol yang digadang-gadang sebagai persiapan menuju turnamen Piala Asia U-19 2014 di Myanmar. Evan Dimas cs tidak mampu meraih satupun kemenangan di negeri Matador. Lawan Atletico Madrid B kalah 1-2, lawan Valencia B imbang 1-1, lawan Barcelona B kalah telak 0-6 dan lawan Real Madrid C keok 0-5.

Meski berbekal modal melempem di Tur Spanyol, Indra Sjafri optimistis skuat besutannya bakal bersinar di turnamen Piala Asia U-19 2014. Pun, rakyat Indonesia dan PSSI berekspektasi tinggi ingin melihat Evan Dimas cs berjaya di Myanmar. Sayangnya, impian tidak seindah kenyataan, ya ekspektasi tinggi pun hanyalah sekadar angan-angan.

Di luar dugaan, Timnas Indonesia U-19 bermain sangat buruk hingga akhirnya tersingkir dari turnamen Piala Asia U-19 2014. Impian bermain di Piala Dunia U-20 2015 di Selandia Baru pun kandas. 

“Rasanya semenjak turun di Brunei (HBT) ada something wrong dengan (Timnas Indonesia) U-19 ini,” kata Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora), Roy Suryo, ketika masih menjabat.

Setujukah ROLers dengan ucapan Roy Suryo? Yang jelas Macan Asia kini sudah tidak memiliki taring lagi alias kembali masuk kandang. Timnas Indonesia U-19 yang disebut Indra Sjafri ibarat Macan Asia berada di ujung tanduk nasibnya. Siapa yang pantas disalahkan atas kegagalan Garuda Jaya?

"Saya adalah orang yang paling bertanggung jawab atas kegagalan ini. Saya siap menerima risikonya, termasuk jika saya dipecat. Jangan salahkan pemain yang telah berbuat baik. Saya mohon maaf atas kegagalan ini dan terima kasih atas dukungan masyarakat Indonesia selama ini," kata Indra Sjafri seperti dilansir tim media PSSI.

Evan Dimas pun angkat bicara. Kapten Timnas U-19 ini menyampaikan permintaan maaf kepada seluruh masyarakat Indonesia. Pun, ia mengatakan kegagalan Garuda Jaya mungkin saja rencana dari Allah.

"Saya mewakili teman-teman mengucapkan beribu maaf. Kami sudah bermain maksimal dan semampunya, mungkin ini rencana Allah," kata sang kapten. Suasana duka penuh tangisan pun menyelimuti Timnas Indonesia U-19.

Namun, Roy Suryo yang masih menjabat sebagai Menpora ketika itu meminta skuat Garuda Jaya untuk tetap berdiri tegak dan tidak patah semangat.

"Kami berharap pemain timnas jangan patah semangat, apalagi tertekan. Usia dan karier mereka masih panjang dan menjanjikan. Mereka masih bisa berkarier di level yang lebih tinggi (U-21, U-23, maupun klub)," kata Roy. "Ayo, Garuda Jaya, Jangan menangis. Segera bangkit dan terbang mengangkasa kembali membawa asa Indonesia".

Ya, bangkitlah setelah terjatuh. Apalagi sepak bola adalah sepak bola yang jauh dari rumus matematika yang hasilnya sudah dapat dikalkulasi. Di lapangan hijau apapun bisa terjadi, yang jelas hanya ada dua hasil pasti di dunia sepak bola, yakni kemenangan dan kekalahan. Jadi, kegagalan yang dipetik Timnas Indonesia U-19 di Myanmar merupakan bagian lumrah dari dunia sepak bola, yakni kekalahan.

Jadi, ingatlah pesan maestro lapangan hijau asal Brasil, Pele bahwa sukses bukanlah kebetulan. Melainkan butuh kerja keras, ketekunan, belajar, berlatih, dan pengorbanan. Pun, legenda Manchester United, Roy Keane berkata kegagalan untuk mempertajam persiapan dan siap-siaplah jika menemui kegagalan.

Timnas Indonesia U-19 harus bangkit mengingat besarnya ekspektasi publik di tanah air akan prestasi sepak bola nasional. Indonesia yang berisikan banyak pesepak bola bertalenta tinggi memang belum bisa bicara banyak dibandingkan negara lain. Sejak emas SEA Games 1991, rakyat Indonesia tidak pernah merasakan atmosfer juara, hingga keberhasilan Timnas Indonesia U-19 menjuarai Piala AFF U-19 2013.

Kegagalan di Myanmar jangan membuat Macan Asia kembali masuk kandang dan tertidur pulas. Sebaliknya Macan Asia harus kembali melompat tinggi ke angkasa dengan prestasi yang membanggakan.

"Bercita-citalah setinggi langit di angkasa dan kamu akan menyentuh langit-langit tersebut. Sebaliknya jika hanya ingin menggapai langit-langit, kamu hanya akan berada di bawah menginjak bumi". Ya, begitu kata Bill Shankly, mantan pelatih Liverpool dan pesepak bola Skotlandia pada masa 1913–1981.

Ayo bangkit Garuda Jaya. PSSI harus mengawal keberlangsungan Timnas Indonesia U-19, jangan sampai Macan Asia dibiarkan tertidur pulas masuk kandang. Janganlah skuat Garuda Jaya dicerai-berai akibat kekalahan di Piala Asia U-19 Myanmar. Bagaimana nasib Timnas Indonesia U-19? Apalagi sejumlah penggawa Garuda Jaya ada yang ikut seleksi timnas senior.

Belum jelas bagaimana ending dari cerita Macan Asia. Hal ini dikatakan langsung oleh Ketua Badan Tim Nasional (BTN) PSSI, La Nyalla Mahmud Mattalitti kepada Republika Online. Yang pasti atas terpelesetnya Timnas Indonesia U-19, La Nyalla berkata, "Ini tanggung jawab kami sebagai pengurus PSSI, maaf jika kami mengecewakan seluruh pecinta sepak bola di tanah air".

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement