REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Bilal Ramadhan
Twitter: @abramdhanial
Penyelenggaraan pesta olahraga antar negara-negara di Asia Tenggara atau SEA Games 2015 di Singapura telah usai. Thailand dengan bangga menjadi juara umum dengan 95 emas, 83 perak dan 69 perunggu. Sedangkan tuan rumah meraih medali terbanyak sepanjang sejarah keikutsertaannya dengan bertengger di peringkat dua dengan raihan 84 emas, 73 perak dan 102 perunggu.
Bagi Indonesia, di SEA Games 2015 ini merupakan kegagalan. Menteri Pemuda dan Olahraga Imam Nahrawi menargetkan Indonesia bisa finis di urutan kedua dengan estimasi 79 emas. Namun hasilnya, Indonesia harus puas berada di peringkat kelima dengan raihan 47 emas, 61 perak dan 74 perunggu.
Imam mengakui adanya sejumlah cabang olahraga yang meleset dari target perolehan medali. Salah satunya dari cabang sepak bola yang ditargetkan untuk meraih medali emas. Jangankan emas, dalam perebutan medali perunggu pun Indonesia harus bertekuk lutut di tangan Vietnam dengan dilumat lima gol tanpa balas.
Kegagalan ini pun semakin memperpanjang rekor buruk timnas Indonesia di ajang sekelas SEA Games. Dalam sejarah keikutsertaan Indonesia dalam ajang SEA Games sejak 1977, Indonesia hanya mampu meraih dua kali medali emas yaitu pada 1987 dan 1991.
Sejak Indonesia diwakili Timnas U-23 pada 2001, prestasi tertinggi hanya mampu menjadi semifinalis yaitu pada 2001, 2005 dan kini 2015. Hasil ‘jeblok’ cabang sepak bola ini merupakan buntut dari konflik antara Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) dan Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora).
Perselisihan ini tentu saja membuat konsentrasi para pemain, pelatih dan ofisial terganggu dalam persiapan menuju SEA Games 2015. Apalagi dengan kegagalan tersebut, banyak hujatan yang ditujukan kepada para pemain. Pelatih Timnas U-23, Aji Santoso sampai harus ‘pasang badan’ untuk membela para pemainnya dan mundur dengan alasan habis masa kontraknya.
Keterpurukan sepak bola Indonesia juga belum berhenti sampai di sini saja. Dugaan adanya skandal pengaturan skor pertandingan juga sudah terkuak. Salah satu pelakunya, lelaki dengan inisial BS, sudah mengungkap adanya mafia pengaturan skor dalam pertandingan sepak bola baik di dalam maupun luar negeri.
Apakah kasus ini akan semakin mengungkap kebobrokan PSSI hingga ke titik nadir, akan terjawab setelah kasus ini diselidiki pihak Mabes Polri. Namun yang pasti, sanksi FIFA telah dijatuhkan untuk Indonesia akibat campur tangan pemerintah terhadap kemelut internal PSSI.
Meskipun minim prestasi, perhatian masyarakat terhadap olahraga sepak bola masih sangat besar. Berbagai stasiun televisi nasional pun masih berebut hak siar untuk menayangkan pertandingan sepak bola dalam negeri.
Bagaikan dua sisi keping mata uang, segala prestasi yang telah diberikan cabang bulu tangkis hingga ke tingkat dunia pun tidak cukup untuk mencuri perhatian publik.
Pada SEA Games 2015 ini, cabang bulu tangkis kembali menjadi juara umum dengan meraih tiga emas, empat perak dan empat perunggu. Dan tak banyak yang tahu bahwa Indonesia menjadi juara umum di cabang ini sejak Indonesia ikut serta dalam SEA Games 1977.
Dalam artian, Indonesia menjadi juara umum selama 20 tahun secara beruntun di cabang bulu tangkis. Sebuah capaian prestasi yang sulit untuk disaingi atau minimal disamakan negara lainnya di Asia Tenggara, tidak juga oleh ‘musuh bebuyutannya’, Malaysia. Negeri jiran itu hanya mampu menjadi juara umum sebanyak tiga kali yaitu pada 1971, 1973 dan 1975, saat Indonesia belum berpartisipasi dalam ajang SEA Games.
Untuk ajang Kejuaraan Dunia Bulu Tangkis pun, para pemain Indonesia pun kerap meraih gelar juara dunia. Terakhir Indonesia meraih gelar juara dunia pada 2013 lalu di dua sektor yaitu ganda putra melalui Hendra Setiawan/Mohammad Ahsan dan ganda campuran melalui Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir.
Dalam ajang Kejuaraan Dunia BWF tahun ini yang diselenggarakan di Jakarta pada Agustus 2015 mendatang, bukan tidak mungkin pasangan Greysia Polii/Nitya Krishinda Maheswari akan memecah kebuntuan prestasi di sektor ganda putri Indonesia di ajang ini. Apalagi dengan bekal meraih medali emas Asian Games 2014 dan menjadi finalis BCA Indonesia Open 2015 lalu, bisa menjadi bekal yang sangat baik bagi pasangan ini.
Namun sekali lagi, bulu tangkis bukanlah sepak bola yang kerap menjadi perhatian masyarakat. Mungkin barangkali dengan prestasi di Kejuaraan Dunia 2015 mendatang, bisa membuka mata masyarakat bahwa bulu tangkis pun masih dapat berjaya di tengah lesunya prestasi olahraga nasional.