REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Andi Nur Aminah*
Mengangkasa selama 10 hingga 12 jam, tentu bukan waktu yang singkat. Belum lagi, sebelum mengudara, tak jarang ada di antara mereka yang harus menempuh jalur darat, berjam-jam lamanya. Bahkan ada yang harus melewati pergantian hari, sebelum akhirnya tiba di bandara embarkasi haji.
Begitulah perjalan seorang tamu Allah yang akan menuju ke Tanah Suci Makkah. Hal itu dijalani ketika masih di Tanah Air. Lantas, bagaimana saat tiba di Tanah Suci?
Setibanya di Bandara King Abdul Azis, Jeddah, para tamu Allah itu akan menjalani pemeriksaan keimigrasian dari petugas Imigrasi Kerajaan Saudi Arabia. Prosesnya menyita waktu bisa empat hingga lima jam.
Panjangnya tahapan yang harus dilakukan itu, kini sedang menjadi pembahasan pemerintah Indonesia dan Saudi. Kerajaan Saudi menawarkan solusi mempersingkat waktu proses keimigrasian bagi calon jamaah haji (calhaj) Indonesia. Caranya, dengan menggunakan perekaman data biometrik.
Staf dari Direktorat Imigrasi Arab Saudi, Whaleed, saat berkunjung ke Indonesia belum lama ini mengungkapkan, proses biometrik dilakukan dengan foto dan rekam sidik jari. Proses perekaman ini, kata dia, hanya membutuhkan waktu tiga hingga empat menit.
Ini tentu waktu yang sangat singkat. Proses pemeriksaan keimigrasian yang singkat ini akan sangat membantu para calon jamaah haji, agar bisa segera beristirahat sebelum menuju ritual dan tahapan-tahapan ibadah yang sesungguhnya.
Ada banyak keuntungan dengan penerapan proses perekaman biometrik ini. Karena calhaj yang sudah menjalani rekaman data biometrik, akan masuk melalui jalur khusus. Ini berlaku baik bagi calhaj yang masuk melalui Jeddah maupun Madinah. Mereka akan akan diperlakukan sebagaimana warga Saudi lainnya.
Lantas, apa saja data yang perlu direkam itu? Dari penjelasan Whaleed, data yang akan diambil antara lain bus apa yang akan digunakan calhaj, di mana tempat tinggal calhaj, bagaimana kondisi kesehatan calhaj, dan apa saja barang bawaan mereka.
Untuk melaksanakan rencana tersebut, pihak Saudi menyatakan kesiapannya mengirimkan sejumlah staf imigrasi untuk membantu proses perekaman data biometrik di Indonesia. Yang jadi pertanyaan, jika dilakukan di Indonesia, idealnya perekaman data dimulai dari mana? Apakah saat di Asrama Haji ataukah saat para calhaj berada di embarkasi haji sebelum menaiki pesawat?
Pihak Kerajaan Saudi menginginkan pengambilan data dilakukan di bandara keberangkaan. Pilihan ini, didasari sejumlah alasan. Perwakilan Kerajaan Saudi masih mengkhawatiran masalah keamanan. Sebab, ketika seorang calhaj sudah terekam datanya, maka mereka langsung mendapat cap dari imigrasi Saudi. Artinya, secara hukum, calhaj tersebut sudah berada di wilayah Saudi.
Namun, Kemenag selaku penaggungjawab pelaksanaan pemberangkatan calhaj menginginkan pengambilan data dilakukan saat di asrama haji. Kemenag RI pun terus berupaya meyakinkan pihak Saudi, bahwa selama ini proses yang seharusnya ada di bandara, diselesaikan di asrama haji. Sehingga saat calhaj sudah berada di bandara, mereka tak lagi menjalani pemeriksaan apa-apa dan tinggal siap menaiki tangga pesawat.
Sejumlah pertanyaan yang masih menganjal pihak Saudi membuat Kemenag perlu usaha keras untuk meyakinkan mereka. Hal-hal yang masih dipikirkan itu, misalnya, ketika perekaman dilakukan di asrama haji, apakah pemerintah Indonesia bisa menjamin keamanan calhaj tersebut sampai di pesawat? Apakah pemerintah Indonesia bisa menjamin tak ada penyusup menggantikan posisi calhaj tersebut? Atau, apabila terjadi kecelakaan, siapa pihak yang bertanggung jawab dan menangani?
Namun, Kemenag pun bisa memahami kekhawatiran Saudi apabila proses perekaman dilakukan di asrama haji. Upaya untuk meyakinkan Saudi bahwa proses perekaman data akan lebih tepat dijalankan di Asrama Haji, dilatari pula alasan bahwa selama ini proses pembersihan hingga sampai di bandara, selalu mendapat pengawalan ketat dari polisi dan TNI. Alasan lainnya, bila proses perekaman dilakukan di bandara, maka jadwal pemberangkatan akan mundur. Itu yang menjadi keberatan dari Kemenag RI.
Semoga perundingan untuk menentukan antara asrama haji atau di bandara tempat yang tepat perekaman data biometrik calhaj itu dilakukan, segera mendapat titik temu. Ini memang masih pilot project khususnya bagi Kerajaan Saudi. Karena itu pulalah, perekaman data biometrik ini baru dilakukan terhadap 20 persen dari 225.100 calon jamaah haji asal Indonesia yang akan berangkat tahun ini. Jika ini berhasil, bayangkan, waktu empat sampai lima jam proses keimigrasian di Arab Saudi akan tergantikan dengan waktu yang kurang dari lima menit.
*) Penulis adalah redaktur Republika.co.id