Jumat 22 Jan 2016 14:00 WIB

Awas, Banyak Lukisan Palsu Beredar di Pasaran

Lukisan
Foto: Antara
Lukisan

REPUBLIKA.CO.ID, DENPASAR -- Perkumpulan Pencinta Senirupa Indonesia (PPSI) akan menyelenggarakan diskusi dan pameran seni rupa bertajuk "Lukisan Asli dan Palsu: Problematik Seni Rupa Kita" pada Sabtu (23/1) di Rumah Topeng dan Wayang Setiadarma di Jalan Tegalbingin, Desa Mas, Ubud, Gianyar.

Acara tersebut bertujuan menjadi media sosialisasi dan edukasi khususnya perihal keberadaan lukisan palsu yang belakangan ini turut mewarnai sejarah seni rupa Indonesia.

Ketua PSPI Budi Setiadharma menyebutkan, saat ini banyak lukisan palsu para maestro seni rupa tanah air yang beredar di pasaran.

"Beberapa penelurusan yang dilakukan tim kami, terdapat sindikat terstruktur memalsukan hasil karya para pelukis ternama di Indonesia yang kemudian dijual dengan harga tinggi," kata Ketua PPSI.

Menurut dia, beberapa pelukis ternama yang banyak dipalsukan hasil karyanya seperti S.Sudjojono, Affandi, Soedibio, Hendra Gunawan, H.Widayat dan lain-lain.

"Di Bali, kasus pemalsuan lukisan pernah terjadi menimpa salah satu pelukis (maestro) terkenal yakni Nyoman Gunarsa beberapa waktu lalu," kata dia.

Selain itu, Setiadharma menambahkan, sindikat pemalsu lukisan memiliki jaringan luas. Ada orang orang khusus yang mengerjakan bagian-bagian vital dalam lukisan.

"Ada yang khusus melukis, memberi tanda tangan pelukis asli, menyamarkan menjadi agak klasik dan masih banyak lainnya," tambahnya.

Pihaknya secara intensif mengimbau kepada kalangan kolektor maupun pencinta lukisan di Indonesia agar lebih selektif membeli lukisan ternama, apalagi terkait dengan harganya yang mencapai puluhan hingga ratusan juta.

"Kalau ingin cari aman, ajak saja yang sudah berpengalaman atau silahkan tes di laboratorium forensik seni milik Institut Teknologi Bandung (ITB).

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يَسْتَفْتُوْنَكَۗ قُلِ اللّٰهُ يُفْتِيْكُمْ فِى الْكَلٰلَةِ ۗاِنِ امْرُؤٌا هَلَكَ لَيْسَ لَهٗ وَلَدٌ وَّلَهٗٓ اُخْتٌ فَلَهَا نِصْفُ مَا تَرَكَۚ وَهُوَ يَرِثُهَآ اِنْ لَّمْ يَكُنْ لَّهَا وَلَدٌ ۚ فَاِنْ كَانَتَا اثْنَتَيْنِ فَلَهُمَا الثُّلُثٰنِ مِمَّا تَرَكَ ۗوَاِنْ كَانُوْٓا اِخْوَةً رِّجَالًا وَّنِسَاۤءً فَلِلذَّكَرِ مِثْلُ حَظِّ الْاُنْثَيَيْنِۗ يُبَيِّنُ اللّٰهُ لَكُمْ اَنْ تَضِلُّوْا ۗ وَاللّٰهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمٌ ࣖ
Mereka meminta fatwa kepadamu (tentang kalalah). Katakanlah, “Allah memberi fatwa kepadamu tentang kalalah (yaitu), jika seseorang mati dan dia tidak mempunyai anak tetapi mempunyai saudara perempuan, maka bagiannya (saudara perempuannya itu) seperdua dari harta yang ditinggalkannya, dan saudaranya yang laki-laki mewarisi (seluruh harta saudara perempuan), jika dia tidak mempunyai anak. Tetapi jika saudara perempuan itu dua orang, maka bagi keduanya dua pertiga dari harta yang ditinggalkan. Dan jika mereka (ahli waris itu terdiri dari) saudara-saudara laki-laki dan perempuan, maka bagian seorang saudara laki-laki sama dengan bagian dua saudara perempuan. Allah menerangkan (hukum ini) kepadamu, agar kamu tidak sesat. Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”

(QS. An-Nisa' ayat 176)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement