REPUBLIKA.CO.ID,KAIRO -- Pada hari Selasa 25 Januari 2011, rakyat Mesir terutama para pemuda berjejalan memenuhi lapangan Tahrir untuk melakukan aksi demonstrasi menuntut agar Hosni Mobarak mengakhiri jabatannya sebagai presiden. Gerakan yang bermula dari Facebook dan Twitter itu akhirnya berhasil setelah selama 18 hari melakukan demonstrasi.
Lapangan Tahrir menjadi saksi sejarah berakhirnya 30 tahun kepemimpinan Hosni Mobarak pada hari Jum’at 11 Februari 2011. Lalu kepemimpinan Mesir dipegang sementara oleh militer. Selanjutnya, Pemilu diselenggarakan pada tahun berikutnya, 2012. Kemudian terpilihlah Morsi sebagai presiden.
Lapangan Tahrir adalah simbol kekuatan, kekuasaan dan kemerdekaan rakyat Mesir. Setiap demonstrasi besar dilakukan di sana. Dari revolusi tahun 1919, tahun 1935, 1952, 1977,hingga revolusi 25 Januari 2011 yang menumbangkan rezim Mobarak. Bahkan demonstrasi 30 Juni tahun ini yang menjadi jalan bagi militer untuk menurunkan Presiden Morsi pada 3 Juli, juga diawali dari lapangan Tahrir. Awal mulanya lapangan ini bernama Ismailia, kemudian berganti menjadi Tahrir dan nama tersebut diresmikan pada revolusi 23 Juli 1952.
Sebenarnya, lapangan Tahrir adalah bundaran yang terletak di pusat kota Kairo yang mempertemukan sekitar lima jalan besar, yakni Jalan Tahrir, Meret Basha, Talaat Harb, Abd el-Qader Hamza dan jalan al-Kasr al-Aini yang sekarang ditutup. Lapangan Tahrir adalah bundaran yang paling luas di Mesir. Di sekitarnya terdapat bangunan-bangunan serta tempat-tempat penting, seperti Museum Mesir, Universitas Amerika Kairo, gedung pemerintahan yang biasa disebut Mugamma’, markas Liga Arab, bekas gedung Kementrian Luar Negeri, Hotel Hilton, Masjid Umar Makram, Stasiun Sadat dan gereja injili Qasr el-Dobara, serta terdapat pula kantor-kantor Kedubes asing.
Setelah setahun lamanya pemerintahan Morsi, pada 30 Juni 2013, rakyat yang antiMorsi turun kembali ke lapangan Tahrir untuk meminta Morsi agar lengser dari jabatannya. Demonstrasi kali ini adalah yang terbesar di Mesir dalam catatan sejarah. Karena bukan hanya terjadi di Tahrir saja, melainkan juga di sekitar istana kepresidenan juga di kota-kota selain Kairo. Di samping itu, ada pula yang melakukan demonstrasi mendukung Morsi di lapangan Rab’ah.
Akhirnya, Morsi diturunkan oleh militer pada hari 3 Juli 2013. Namun setelah Morsi lengser, masalah tidak selesai begitu saja. Karena para pendukung Morsi dari Ikhwanul Muslimin (IM) masih bertahan melakukan demonstrasi di lapangan Rab’ah sampai saat ini. Mereka menginginkan agar Morsi tidak diturunkan dan kembali menjadi presiden.
Lapangan Rab’ah terletak di Nasr City. Lapangan ini sebenarnya adalah perempatan atau persimpangan dua jalan raya, yaitu jalan Nasr dan jalan el-Tayaran. Luasnya tidak seluas lapangan Tahrir. Dan disana pun tidak ada bundaran. Di sekitarnya terdapat markas militer, masjid Rab’ah, Tiba Mall dan bangunan-bangunan apartemen rumah warga.
Mungkin kali ini adalah pertama kalinya lapangan Rab’ah dijadikan tempat demonstrasi. Perempatan Rab’ah ini termasuk titik lalu lintas yang penting. Banyak dilalui oleh angkutan-angkutan umum baik bus besar, bus mini maupun microbus. Namun sejak persimpangan Rab’ah ini dijadikan tempat demo, lalu lintas umum dialihkan ke jalan raya Youssef Abbas dan jalan-jalan kecil di sekitarnya.
Penulis: Mohamad Bakri (Mahasiswa Usuluddin, Universitas Al-Azhar Kairo)