REPUBLIKA.CO.ID,Eropa kami akan menaklukkanmu (bukan dalam arti harfiah). Bukan maksud kami untuk menjajah, tidak. Maksud kami adalah ternyata akhirnya insya Allah akan menginjak tanahmu. Kami sadar bahwa engkau adalah lambang peradaban masa kini. Kami paham bahwa engkau merupakan pintu gerbang ilmu. Kami mengerti bahwa engkau adalah jaminan kekayaan duniawi.
Dengan segala keterbatasan, kami akan tunjukkan bahwa perjalanan kami tidak sia-sia. Kami akan berbuat yang terbaik disana. Bukan kami tidak beradab, bukan kami tidak berilmu dan bukan kami tidak kaya. Kami memiliki peradaban yang adiluhung, kami memiliki ilmu yang waskita dan kami memiliki kekayaan lahiriah dan batiniah. Kami ingin, apabila kami pulang kembali ke Indonesia nanti, akan banyak hal positif yang akan kami bawa. Akan kami ambil peradaban yang sesuai dengan kami, yang akan membuat budaya kami semakin berwarna, akan kami bawa ilmu yang bermanfaat bagi kami, yang akan membuat rakyat kami semakin sejahtera dan akan kami tinggalkan kekayaan duniawi yang tidak berguna untuk kami, karena kami ingin kekayaan kekal di kehidupan alam lain mendatang.
Mohon maaf, bukan kami sombong. Kami harus tetap menyadari bahwa masih banyak perbedaan diantara kita. Namun bukan berarti kita harus berdebat dan berkonflik. Marilah kita hargai perbedaan kita sebagai suatu hal yang lumrah, sunatullah. Mudah-mudahan perbedaan itu merupakan awal untuk mengajarkan saling pengertian, saling toleransi dan saling memahami. Percayalah kami bermaksud baik, saling mengenal, saling bersilaturahmi dan saling berbagi pengalaman.
Kami punya kekurangan, maka kami belajar darimu untuk menambalnya. Kami punya kelebihan, kami tidak keberatan membaginya denganmu. Eropa, yang semula terasa jauh, mulai hari ini terbayang semakin dekat. Eropa yang terasa asing, mulai sekarang tertanam disanubari. Bagi kami, engkau tetaplah sesuatu yang luar biasa. Sesuatu yang membuat kami terkagum-kagum. Sesuatu yang membuat kami merasa kecil dan minder. Itulah ungkapan hati kami. Ah ……
Namun demikian engkau tetap milik Allah. Kami akan tetap merasakan ini adalah bumi Allah. Tempat dimana kami bisa bersujud. Karena kami tahu, menghadap kemanapun, kami tidak dapat berpaling dari-Nya. Pada akhirnya kami akan tersungkur memuji-Nya. Berharap dapat kembali dengan fitri pada-Nya. Ya Allah ya Rabbi, hambamu hanyalah sesuatu yang laiknya debu, tapi ingin berarti dalam kehidupan ini. Kepergian kami ke Eropa merupakan bagian dari upaya untuk mengisi arti hidup. Kami tidak tahu apa yang akan terjadi. Hambamu hanya menyandarkan diri pada rahmat-MU. Eropa kami akan datang. Mohon sambutlah kami dengan keramahtamahan seperti orang Indonesia, kelembutan seperti orang Thailand, kewibawaan seperti orang Amerika, keanggunan seperti orang Arab dan kejantanan seperti orang Afganistan. Kami datang Eropa.
Wahyu Widodo
Dosen Universitas Muhammadiyah Malang
Rubrik ini bekerja sama dengan Perhimpunan Pelajar Indonesia