REPUBLIKA.CO.ID,Lebih parah lagi sewaktu perjalanan dari Amsterdam ke Porto, Portugal dengan penerbangan Portugalia. Pramugarinya kebanyakan berbahasa Portugis. Mana dapat saya memahami. Bahasa Inggris saja saya masih berjuang keras untuk mengerti, apalagi bahasa Portugis. Baru masuk pesawat, saya sudah dibuat bingung dengan ucapan “bem-vindo”.
Tapi saya abaikan saja, karena saya tidak mengerti. Saya kemudian menuju tempat duduk saya yang letaknya ditengah-tengah pesawat. Sambil duduk saya sempatkan mengirim sms ke sang istri, kalau saya mau perjalanan ke Portugal. Sedang asyik-asyiknya mengetik di hp, pramugari tiba-tiba mengucapkan sesuatu dalam bahasa Portugis yang saya tidak mengerti.
Sayapun melongo. Karena saya tidak menjawab, maka pramugari tersebut mengulangi ucapannya sambil menunjuk-nunjuk hp saya. Oh, dia ingin pinjam hp saya mungkin. Maka dengan tersenyum, saya serahkan hp saya pada beliau. Ganti dia yang bingung. Setelah jeda beberapa saat dalam diam, beliau kemudian mengembalikan hp saya langsung kesaku sambil berlalu pergi. Ganti saya yang bingung. Beberapa saat kemudian saya baru sadar kalau maksud pramugari itu saya diminta untuk tidak mengaktifkan hp. Yah salahnya sendiri kenapa kok pakai bahasa Portugis, mestinya gunakan dong bahasa Inggris (upps, sama saja, saya juga tidak mengerti). Bahasa… bahasa…..
Belum lama pramugari satunya berlalu, pramugari lainnya lewat dan kemudian saat sampai didekat saya menoleh dan menyatakan sesuatu dalam bahasa Portugis, saya hanya melongo. Tapi dengan sabarnya pramugari, menunggu jawaban saya ketika itu. Karena tidak menjawab, maka pramugari tersebut kemudian bertanya lagi “……… sim?”. Lha saya ya bertambah bingung, dengan agak ragu saya keluarkan “SIM A” yang
kebetulan saya bawa, untuk saya tunjukkan pada pramugari. Mungkin pramugari ingin melihat SIM saya, untuk tahu identitas saya. Sekarang gantian pramugarinya yang melongo. “Nao, nao” jawabnya. Ini apalagi artinya.
Kok seperti “nano-nano”. Apa saya ditawari permen “nano-nano” ya. Sayapun bingung, dengan agak terburu-buru, saya tunjukkan lagi dokumen lain yang saya bawa, dengan maksud mungkin dia ingin tahu identitas saya melalui dokumen yang dimengertinya. Untungnya saya membawa map yang isinya dokumen semua. Beliaupun tambah melongo, “nao, nao”, jawabnya. Sayapun diam, karena tidak mengerti.
Akhirnya pramugari memutuskan sendiri untuk memegang sabuk pengaman yang belum saya pasang. Oh, ternyata saya disuruh memasangnya. Setelah di Portugal saya baru paham, yang dimaksud dengan perkataan “sim” itu artinya “ya” dalam bahasa Indonesia. Sedangkan “nao” artinya “tidak”. Oh begitu. Dugaan saya, paling di belakang pesawat, pramugarinya rasan-rasan sambil cekikikan. Yah bagaimana lagi ternyata bukan Surat Ijin Mengemudi. Sim…..
“Bismillah” kuucapkan sewaktu awal keberangkatan ke Eropa. Semoga dengan demikian, niat saya dikuatkan oleh Allah. Niat untuk berbuat yang baik dan terbaik. Niat untuk berbuat baik, bersilaturahmi, mengenal banyak orang, mencari ilmu, mempelajari budaya dan yang paling khusus untuk melakukan penelitian. Semoga segala yang akan terjadi merupakan yang terbaik dan bermakna bagi kehidupan saya. Ya Rabbi, kuatkanlah aku, berilah hamba-Mu petunjuk kebaikan. Sekarang hamba dalam perjalanan ke negeri asing.
Penulis: Wahyu Widodo, sekarang sedang Post Doctoral di Portugal atas biaya Erasmus Mundus
Rubrik ini bekerja sama dengan Perhimpunan Pelajar Indonesia