Rabu 06 Aug 2014 12:00 WIB
CSR

Mendukung Mereka Kembali Sehat

Red:

"Kepompong ber ba dan gendut. Dia sering diejek oleh teman-temannya ka rena jelek. Tapi ke pompong tidak pernah menyerah. Dia juga tidak dendam. Dia sabar dan tetap melakukan aktivitas seperti biasa sampai akhirnya berubah menjadi kupukupu".

Kesabaran ternyata berbuah manis. Be gitulah cerita yang disampaikan kak Iman, dari komunitas pendongeng di ha dapan anak-anak yang sedang sing gah di Yayasan Kasih Anak Kanker Indonesia (YKAKI), Salemba, Jakarta Pusat, pekan lalu.

Di hadapan kak Iman, sekitar 20 anak-anak antusias menyimak cerita. Sesekali wajah kak Iman yang ekspresif mengundang tawa anak-anak penderita kanker. Mereka yang ada di sana merupakan pasien yang sedang menjalani masa pengobatan atau penyembuhan di rumah sakit di Jakarta. Agar tidak bolak-balik ke tempat asalnya masingmasing, yang kebanyakan di luar Jawa, mereka tinggal di YKAKI.

Sore itu, dalam suasana bulan Ra madhan dan menyambut Hari Anak Nasional, perusahaan farmasi SOHO Global Health melakukan aksi sosial dengan mengajak para karyawannya mendonasikan mainan kepada anak penderita kanker. Anak-anak dihibur dan diberi hadiah mainan.

Public Relation Manager Human Capital Development and Public Affairs SOHO Global Health Nurlida Fatmikasari menjelaskan, donasi mainan ini disebar di 17 cabang SOHO grup. Pengumpulan mainan ini dilakukan untuk memperingati Hari Anak Nasional. Menurutnya, anakanak, termasuk para penderita kanker perlu mendapatkan dukungan moral agar bisa melalui masa-masa pengobatan dengan baik.

"Karena ini rumah singgah, anakanak yang ada di sini datang dan pergi, kami ingin memberikan hadiah mainan supaya bisa mereka bawa pulang. Ini se bagai salah satu bentuk dukungan untuk mereka," ujarnya.

SOHO Global Health menyum bang kan lebih dari 300 mainan dan uang tunai senilai Rp 10 juta untuk membantu biaya operasional YKAKI. Berdasarkan data resmi dari International Agency for Research on Cancer (IARC) 1 dari 600 anak akan menderita kanker sebelum umur 16 tahun. Kanker pada anak dapat di sembuhkan jika dideteksi secara dini dan pengobatan serta perawatan dilak sanakan dengan tepat.

Reni Diah Fatikasari, guru di YKAKI, mengatakan, anakanak pen derita kan ker perlu terus men dapatkan dukungan agar cepat sembuh. Sua sana hati mereka harus di jaga agar tetap stabil, se hingga bisa ber dam pak positif pada pengobatan. Anakanak yang tinggal di rumah sing gah ini juga tetap bersekolah agar mereka tidak ketinggalan pela jaran. Sebelumnya, pihak YKAKI melakukan komunikasi dengan sekolah asal agar hasil belajar bisa dikirimkan ke sekolah. Alhasil, anakanak ini tetap bisa naik kelas meskipun sedang menjalani pe ngobatan.

Ada sekitar 16 guru yang ditugaskan di rumah singgah dan beberapa rumah sa kit di Jakarta dengan tujuan anak-anak penderita kanker bisa tetap belajar dan sedikit melupakan rasa sakit mereka.

Sehari-hari, pada jam yang diten tukan, para guru akan mengajar di se kolah yang berada di rumah sakit tersebut. Jika anak-anak sedang dalam kondisi sakit, guru akan mendatangi untuk mengajar di bangsal mereka. "Mereka sangat antusias karena me reka bosan hanya melakukan pe ng obatan saja. Memang kita tidak bisa memaksakan bela jar," ujar Reni.

Kesehatan mata

Kesehatan anak-anak juga menjadi salah satu per hatian dari Standard Chartered Bank. Country Head, Corporate Affairs Standard Chartered A Arno Kermaputra mengatakan, pihaknya fokus pada kesehatan mata dan pencegahan HIV/AIDS.

Dua hal ini, menurut dia, masih menjadi pekerjaan ru mah terutama di negara-ne gara berkembang. Di Indo nesia, angka kebutaan masih tinggi dan pengidap HIV terus meningkat. Arno me ngatakan pada kasus kebutaan di Indonesia, banyak yang disebabkan oleh keterlambatan pemakaian alat bantu pe nglihatan sejak kecil. Sementara, pe nyebaran HIV, me nurutnya, bisa dicegah sejak remaja.

Melalui program ‘Seeing is Believing’, perusahaan melakukan pemeriksaan dan distribusi kacamata kepada orang-orang yang membutuhkan, termasuk penderita diabetes yang cukup rawan mengalami kebutaan. Da na sebesar lima juta dolar AS digelontorkan untuk mendukung pro gram yang dilakukan sejak 2007 ini.

"Kalau di suatu ne gara memiliki ke se hatan mata yang ti dak diatasi dengan baik akan menghambat pertumbuhan eko nomi. Dan ternyata ini kasusnya ba nyak. Sekitar 20 persen anak yang kita periksa ternyata membutuhkan ka ca mata. Kita mencoba fokus pada kebuta an yang bisa dicegah," paparnya.

Untuk membantu memutus perse baran HIV, staf Standard Chartered Bank diwajibkan mengikuti pendidikan HIV secara online. Melalui program ‘Living with HIV’, para karyawan di wajibkan menjadi relawan untuk me lakukan sosialisasi mengenai cara pen cegahan, pengobatan dan bagaimana berinteraksi dan hidup dengan orangorang yang terkena HIV/AIDS. Tidak boleh dikucilkan namun harus dilakukan pendekatan dengan baik. red: dwi murdaningsih ed:khoirul azwar

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement