Ahad 17 Jan 2016 13:00 WIB

Berwisata Halal di Wilayah RW

Red: operator

REPUBLIKA.CO.ID,

OLEH PRIYANTONO OEMAR 

Di Tumbak, tak sulit mencari tempat shalat dan makanan halal.

Pada bulan Safar, bulan kedua kalender Islam, warga Tumbak menyucikan diri lewat ritual mandi di Pantai Pasir Putih. Doa-doa yang telah ditulis di kertas dibagikan ke setiap keluarga.

Mereka kemudian menancapkan kertas doa itu di laut tempat mereka mandi.

Tradisi mandi safar ini, menurut H Muchsin Bilfaqih SAg MEd (55 tahun), diturunkan oleh Syekh Abdul Samad Bachdar. `\'Ada pandangan dari Imam Syafii, bahwa Allah menimpakan 320 ribu bala di muka bumi, di hari Rabu akhir bulan Safar, lalu ulama kampung kami Syekh Abdul Samad Bachdar mentradisikan amalan di hari Rabu akhir bulan Safar itu,\'\' jelas Muchsin, cucu Syekh Abdul Samad Bachdar, yang diberi amanah memimpin ritual tradisi. 

Sebelum mandi, mereka melakukan shalat sunah tolak bala secara berjamaah di masjid.

Rakaat pertama membaca Surah Al-Kautsar sebanyak 17 kali, di rakaat kedua membaca Surah Al-Ikhlas lima kali, disambung Surah Al-Alaq sekali dan Surah An-Nas sekali. Sehabis shalat membaca Surah Yassin, diniatkan untuk meminta perlindungan dari Allah agar pribadi dan kampung terhindar dari marabahaya.

Sore harinya, dilakukan amalan berobat kampung sehabis Ashar hingga menjelang Maghrib dengan membaca Surah Yassin, diniatkan untuk meminta kepada Allah dijauhkan dari marabahaya, untuk meminta kesehatan dan umur yang bermanfaat, dan untuk meminta agar negeri dimudahkan rezeki. 

Menjelang Maghrib warga keluar dari masjid berjalan dari ujung desa yang satu hingga ujung desa yang lain. Paling depan, tokoh yang dituakan memegang Alquran di dada. `\'Peserta membaca zikir dan doa-doa tolak bala. `\'Salah satunya zikir hasbunallah wanikmal wakil nikmal maula wanikman nasir,\'\' 

jelas Muchsin.

Sepuluh orang yang telah ditunjuk, mengumandangkan azan secara bersahutan. Acara berobat kampung ini dilangsungkan hingga Jumat. 

`\'Tradisi ini untuk memanjatkan doa agar dimudahkan rezeki dan dijauhkan dari segala penyakit, karena laut adalah sumber kehidupan yang diberikan Allah kepada nelayan Tumbak,\'\' jelas Muhammad Ibrahim, hukum tua Tumbak Madani.

Selama di Tumbak, kami tak kesulitan mencari tempat shalat dan makanan halal, karena ada dua masjid di dua desa yang berdempetan, desa Tumbak dan Tumbak Madani. Kedua desa itu merupakan pusat Muslim di Minahasa Tenggara, sehingga tak ada RW, sebagaimana yang biasa ada di wilayah lain di Sulawesi Utara. 

Yang dimaksud RW tentu saja bukan rukun warga, melainkan rintek wuuk, yang artinya bulu halus, penghalusan untuk menyebut anjing. RW men jadi salah satu menu kuliner favorit di Sulawesi Utara. 

Maka, di Tumbak yang pusat Muslim itu tak ada warung yang menjual masakan babi, RW, tikus hutan, atau kelelawar. Pun tak ada yang berjualan CT, minuman beralkohol khas Minahasa dari pohon aren. `\'Sehingga bisa menjadi lokasi wisata halal,\'\'

ujar Dian Ayu Aryani, teman perjalanan.

Jika nanti Tumbak semakin ramai, Kantan Daeng Istaba menegaskan masyarakat akan tetap menjaga Tumbak dari hal-hal yang tidak syariah.

`\'Harus dipertakankan kekhasannya yang berbeda dengan wilayah lain di Sulawesi Utara,\'\' ujar warga Tumbak yang mengelola cottageitu.

Ada kekhasan lain terkait dengan makan.

Mereka mempunyai larangan saat makan, seperti tidak boleh sambil mengobrol, sambil berjalan.

Selama makan juga tak boleh buang angin, tak boleh mengambil secara langsung makanan yang ada di depan orang lain. Pun tidak boleh bersendawa. (ed:nina chairani)

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement