Selasa 07 Oct 2014 15:10 WIB
Kabar dari Tanah Suci

Mengaminkan Doa Orang Tua di Arafah

Red: operator

Oleh: Zaky Al Hamzah (wartawan republika)  -- Jumat (3/10) pagi, sebanyak 337 jamaah haji Kloter 18 Embarkasi Solo tampak khusyuk melantunkan talbiyah di dalam tenda saat di Padang Arafah.

Lantunan itu terdengar dari jarak sekitar 10 meter. Saya pun mendekat. Selain talbiyah, ratusan jamaah haji ini juga berzikir selama menunggu khutbah wukuf. Mereka berada di satu tenda berukuran besar.

Berjarak sekitar 20 meter dari tenda kloter 18 ini, Sumadi (65 tahun), jamaah haji asal Kediri, Jawa Timur, terlihat duduk sambil berzikir di bawah Pohon Sukarno. "Alhamdulillah, sampai sekarang saya masih sehat dan sejak kedatangan di Arab Saudi hingga saat ini juga tak mengalami masalah kesehatan," katanya.

Selain ratusan jamaah haji kloter 18 dan Sumadi, pagi itu seluruh jamaah haji sudah berada di dalam tenda sambil menunggu waktu khutbah wukuf. Mereka sudah diimbau oleh Satgas Armina untuk berada di dalam tenda mengingat suhu udara semakin panas. Hingga pukul 10.00 WAS, suhu udara mencapai 42 derajat Celcius. Untungnya sebagian daerah di sekitar tenda banyak tumbuh pepohonan Sukarno.

Sebagian pohon ini cukup rindang sehingga membuat jamaah haji merasa terlindungi. Tiga jam sebelumnya atau selepas shalat Subuh, sekitar 500 hingga 1.000 jamaah haji mendapatkan sumbangan makanan dari perusahaan asal Arab Saudi, Al Qassam, berupa kardus minuman air putih, kardus minuman manis, serta roti. Paket makanan dan minuman ini tidak dikoordinasikan oleh Kemenag RI, tapi merupakan sumbangan atau sedekah.

Di tempat lain, sejumlah jamaah mengerubuti penjual cincin dengan batu baru nan indah. Sang penjual juga memasang tasbih berbagai ukuran dan berbagai pernik-pernik khas Tanah Suci lainnya. Harga yang dipatok sekitar Rp 10 ribu jika dirupiahkan. "Harganya sekitar Rp 100 ribu untuk tiga tasbih," kata Ahmad, jamaah haji asal Ciamis, saat menawar ke pedagang.

Ahmad tertarik membeli tiga tasbih panjang warna cokelat tua dengan butiran cukup besar. Pedagang itu tak setuju dengan penawaran Ahmad. "La (tidak)," kata pedagang sembari mengurangi satu tasbih. Namun, Ahmad tidak mau dan langsung pergi meninggalkan penjual pernik-pernik tersebut.

Saat pagi hari ketika matahari belum muncul, puluhan jamaah haji memadati jalan aspal di luar maktab mereka. Para jamaah sedang menikmati udara pagi Arafah sembari berjalan-jalan. Suhu udara masih bersahabat karena sehari sebelumnya hujan ringan mengguyur Padang Arafah saat jamaah haji tiba kali pertama.

Di Arafah inilah, ribuan jamaah haji Indonesia wajib melakukan wukuf sebagai rukun haji. Wukuf adalah puncaknya haji. Secara fisik, wukuf Arafah adalah puncak berkumpulnya seluruh jamaah, yang berjumlah jutaan dari penjuru dunia dalam waktu bersamaan.

Secara amaliah, wukuf Arafah mencerminkan puncak penyempurnaan haji. Wukuf juga artinya hadir dan berada di Arafah pada waktu tertentu antara waktu Zhuhur dan Ashar.

Di tempat masing-masing, jamaah dipersilakan untuk mengondisikan dirinya berkonsentrasi kepada Allah SWT, melakukan perenungan atas dirinya, apa yang telah dilakukan selama hidupnya, merenungi kebesaran Allah SWT melalui Asmaul Husna-Nya, merenungi hari akhirat.

Sedangkan, Arafah merupakan gambaran Padang Mahsyar, yang nantinya semua makhluk dikumpulkan di sana sebelum melangkah ke surga atau neraka. Kehadiran kita di Arafah memberi arti dan nuansa akhirat dengan Mahsyarnya, sekaligus merenunginya untuk bersiap-siap menghadapi hal itu.

Allah SWT sangat memuliakan hari wukuf di Arafah. Hari itu, Allah mendekat sedekat-dekatnya kepada orang-orang yang wukuf di Arafah untuk mendengarkan ungkapan dan keluhan hati mereka, menatap dari dekat wajah dan perilaku mereka. Nabi Muhammad SAW bersabda, “ ... Ia (Allah) mendekat kepada orang-orang yang di Arafah. Dengan bangga Ia bertanya kepada para malaikat, ‘Apa yang diinginkan oleh orang-orang yang sedang wukuf itu?’”

Pada hari itu, Allah senang sekali jika kita berdoa kepada-Nya. Ia mengabulkan semua doa mereka di sana. Tak ingin menyia-nyiakan kesempatan langka ini, saya menelepon ayah dan ibu melalui telepon seluler. Saya minta keduanya bergantian berdoa dan saya hanya mengaminkan.

Saya mendengar doa tulus bersamaan tangisan bahagia dari ayah saya. Pun demikian, saat ibu berdoa. Doa-doa kedua orang tua saya—doa secara langsung dari istri—saat waktu mustajab (wukuf) membuat bulir-bulir air mata saya menetes. Saya ingin membahagiakan mereka, seperti saat mereka selalu membahagiakan saya selama ini.

Demikian agung dan mulianya hari Arafah ini meski wukuf hanya beberapa jam. Sungguh sangat penting berdoa di Arafah, disaksikan dari dekat oleh Allah SWT dan dibangga-banggakan-Nya kita di depan para malaikatnya. Sesuai sabda Nabi Muhammad SAW: "Sebaik-baik doa adalah doa yang dipanjatkan di hari Arafah." (HR Tirmidzi).             

                                                                                                  

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement