CIREBON –– Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geo fiosika (BMKG) Stasiun Jatiwangi, Kabupaten Maja lengka memperkirakan, mu sim kemarau tahun ini (2014), mun dur. Hal itu dikarenakan adanya anomali suhu muka laut di perairan Jawa yang mem buat suhu muka laut ma sih hangat.
Forecaster BMKG Stasiun Jatiwangi, Kabupaten Majalengka, Ahmad Faa Izyn Ahmad mengatakan, suhu muka laut sekarang masih sekitar 27 hingga 30 derajat Celcius. Padahal, kata dia, saat sudah masuk musim kemaran, maka suhu muka laut normalnya sekitar 25 hingga 28 derajat Celcius.
"Karena suhu muka laut masih panas, menyebabkan penguapan yang cukup untuk membentuk awan-awan konvektif/ awan hujan," kata Ah mad kepada Republika, Ka mis (19/6).
Akibat kondisi itu, Ah mad memperkirakan, hujan akan terus terjadi hingga akhir Juni dengan intensitas ri ngan hingga sedang. Sedangkan untuk Juli, kata dia, di prakirakan hujan mulai ja rang turun.
Sementara itu, hujan yang masih mengguyur pada pe kan ketiga Juni, membuat belasan ribu hektare tambak garam di Kabupaten Cirebon belum bisa berproduksi. Dampaknya, produksi garam lokal terancam menurun.
"Hujan yang turun selama seminggu (di masa produksi), membuat produksi garam akan mundur sebulan kebela kang,’’ ujar Ketua Asosiasi Pe tani Garam Kabupaten Cirebon, M Insyaf, kepada Republika, Kamis (19/6).
Insyaf mengatakan, saat ini, harusnya petani sudah me mulai proses pematangan la han untuk membentuk kris talisasi garam. Namun, proses itu tidak bisa dilakukan ka rena hujan yang turun membuat tingkat salinitas (ke asinan atau kadar garam terlarut dalam air) menjadi rendah. "Aki batnya, ‘penuaan’ air di tambak garam menjadi lambat," kata dia.
Menurut Insyaf, terhambat nya produksi garam akan membuat produksi garam lo kal petani terancam menurun. Dalam kondisi normal, produksi garam di Kabupaten Cirebon mencapai 36 ribu ton se lama satu musim. Untuk masa produksi yang mundur satu bulan akibat hujan yang masih turun, akan menghilangkan produksi sebanyak 10 ribu ton.rep:lilis sri handayani ed: agus yulianto