Senin 22 Apr 2013 08:05 WIB
Pemilu Irak

Irak Sukses Gelar Pemilu

Salah satu ladang minyak di Irak.
Foto: china.org.cn
Salah satu ladang minyak di Irak.

REPUBLIKA.CO.ID, BAGHDAD — Irak menggelar pemilu perdana setelah penarikan seluruh pasukan AS, Sabtu (20/4). Pemilu tingkat provinsi secara serempak ini berjalan relatif aman. Namun, terjadi penundaan pemungutan suara di dua provinsi, yaitu Anbar dan Niniveh. Penyebabnya, aksi antipemerintah dan demonstrasi hilangnya sejumlah nama dari daftar pemilih.

Puluhan bom berkekuatan kecil dan mortir mendarat di dekat tempat-tempat pemungutan suara. Ini terjadi di kota-kota yang ada di sebelah utara dan selatan Baghdad. Tiga pemilih dan seorang polisi terluka oleh mortir di Latifiya, sebelah selatan Baghdad. Namun, insiden tersebut tak menyebabkan dampak besar. Pemungutan suara tetap berjalan.

Menjelang pemilu, kelompok militan mengintensifkan serangan. Serangkaian bom mobil pada Senin pekan lalu menewaskan 55 orang dan melukai lebih dari 200 orang. Pada Kamis (18/4), pengeboman menyebabkan 32 orang kehilangan nyawa. Bahkan, dalam beberapa pekan terakhir, 14 kandidat terbunuh.

Sebanyak 13,8 juta pemilih memberikan suaranya pada pemilu provinsi ini. Ribuan calon dari 50 blok kekuatan mengincar 450 kursi dewan provinsi. Mereka kelak menentukan pemerintahan provinsi, memastikan lolos atau tidaknya sebuah proyek pembangunan, dan menetapkan kebijakan di tingkat provinsi. Terdapat 5.300 tempat pemungutan suara untuk memilih anggota di 12 dewan provinsi.

Hasil pemilu ini akan menjadi barometer bagi pelaksanaan pemilu parlemen tahun depan yang kelak memilih pemerintahan baru. Mengantisipasi serangan kelompok militan, pemerintah meningkatkan keamanan. Di kota-kota besar, semua jalan raya lengang karena kendaraan tak boleh lewat. Kesempatan ini dimanfaatkan anak-anak untuk bermain bola di tengah jalan bebas hambatan.

Oday Mohammed, seorang pengusaha, optimistis pemilu membawa perubahan. “Tak semua politikus korup. Masih ada orang yang baik,” kata Mohammed di sebuah tempat pemungutan suara Distrik Kazimiyah. Ia memberikan dukungan pada kandidat dari blok pemilihan yang berafiliasi kepada Perdana Menteri Nouri al-Maliki.

Pemilu ini juga terlaksana di tengah ketegangan Suni dan Syiah. Sejumlah pemilih mengakui menuju bilik suara karena desakan para ulama mereka. “Saya tak punya harapan situasi akan membaik. Tapi, saya harus ikut karena ulama meminta kami memberikan suara,” kata Anwar al-Obaidi, tukang cukur berusia 60 tahun di Baghdad.

Di sisi lain, ada pula yang merasa putus harapan tak akan ada perubahan apa pun. Mereka menilai bahwa selama pemilu provinsi maupun nasional sebelumnya hasilnya nihil. “Semua poitikus dan pejabat provinsi, baik Suni maupun Syiah, merupakan pencuri dan pembohong,” kata Ali Farhan, pengemudi taksi. Maka itu, ia memilih golput.

Sedangkan, pemilih lainnya mengaku namanya tak ada daftar pemilih. Misalnya, warga Azamiyah, Baghdad, harus kembali ke rumah karena namanya tak terdaftar. Anggota parlemen yang berpaham Suni dan berasal dari Blok Iraqiya, Mohammed al-Khaldi, menerima banyak keluhan dari Provinsi Diyala mengenai persoalan itu. Ia juga menuding milisi Syiah membakar kotak suara di Diyala.

Selain itu, eorang pejabat lokal di Baquba, berjarak 65 km dari Baghdad, menuturkan setelah pemilihan usai, mereka yang tak terdaftar membakar empat kotak suara. Muqdad al-Shuraifi, anggota komisi pemilu, mengatakan setelah tempat pemungutan suara ditutup, hasil awal menunjukkan bahwa 51 persen pemilih menggunakan hak suaranya.

Jumlah ini hampir sama dengan pemilu provinsi yang berlangsung pada 2009. Hasil akhir baru dapat diketahui dalam beberapa hari ke depan. Menurut Al-Shuraifi, sejumlah kotak suara di Diyala dihancurkan. Pelakunya adalah pemilih yang namanya tak tertera dalam daftar pemilih.

Kedubes AS di Irak menyambut baik mulusnya pemilu provinsi di Irak. Ia memuji warga yang bersedia menuju tempat pemungutan suara. Ini menunjukkan bahwa mereka menolak tindakan kekerasan. AS juga mendesak pemerintah segera melaksanakan pemilu yang tertunda di Anbar dan Niniveh. “Masalah keamanan mestinya tak mencegah warga menyuarakan aspirasinya.” n ichsan emrald alamsyah/ap/reuters ed: ferry kisihandi

Berita-berita lain bisa dibaca di harian Republika. Terima kasih.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement