REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR - Sepanjang Juli hingga Agustus mendatang, hujan diperkirakan akan terus mengguyur Kota Bogor. Warga di wilayah rawan bencana diminta waspada. Kepala stasiun klimatologi kelas I Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Dramaga Nuryadi mengatakan, Jumat (12/7), curah hujan di Bogor mencapai 94 milimeter (mm). Angka itu merupakan yang tertinggi sejak awal hingga pertengahan Juli ini.
Walau pernah diguruh hujan hingga mencapai angka di atas 100 mm, Nuryadi berharap curah hujan nanti tidak akan melebihi 94 mm. Ia menuturkan, pada musim kemarau Bogor selalu turun hujan. Namun, pada musim kemarau tahun ini, intensitas hujan di Bogor cukup tinggi. Hal itu disebabkan potensi awan hujan akibat masih panasnya suhu permukaan Laut Selatan Jawa Barat hingga Lampung. “Tahun 2013 ini memang terjadi perubahan cuaca secara nasional,” ujar Nuryadi.
Ketua Taruna Tanggap Bencana (Tagana) Kota Bogor Surya Kelana Putra mengatakan, semua wilayah Bogor rawan banjir. Dua di antaranya juga rawan longsor, yakni Bogor Tengah dan Bogor Selatan.
Sebagai langkah antisipasi, Surya sudah berkoordinasi dengan Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM) untuk melakukan sosialisasi tanggap bencana. Tagana mengimbau warga yang tinggal di wilayah rawan longsor untuk mengungsi sementara saat hujan deras tanpa henti selama dua hingga tiga jam. Dengan imbauan itu, ia berharap tidak ada lagi korban, seperti dalam musibah longsor di Kelurahan Gudang beberapa waktu lalu.
Pria yang juga Ketua Tagana Jawa Barat itu tidak memungkiri bahwa Tagana belum bisa memperhatikan semua wilayah secara detail. Sehingga, dimungkinkan jika ada wilayah yang terkena bencana belum tertangani. “Kami harap perangkat masyarakat juga aktif mengabari,” kata Surya. Surya meyakinkan Tagana siap membantu kapan pun dibutuhkan. Tagana juga sudah berkoordinasi dengan lembaga mitigasi bencana di Bandung untuk membantu suplai bantuan jika terjadi kekurangan.
Kepala Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Kota Bogor Syahlan Rasyidi mengungkapkan, pihaknya telah melakukan imbauan dan penyuluhan penanggulangan banjir kepada masyarakat. Ia juga menekankan masyarakat wajib melakukan empat hal sebagai tanggung jawab terhadap lingkungan. Antara lain, tidak membuang sampah ke sungai, membuat biopori di rumah masing-masing, menanam pohon, dan menormalkan fungsi badan sungai.
Ia mengatakan, selain sampah, banjir juga disebabkan berkurangnya wilayah resapan. Sehingga, volume air yang masuk di saluran drainase jadi berlebih. Penanaman pohon juga akan membantu memperkuat tanah yang rawah tergerus air dan longsor.
“Masih ada pihak yang membangun tempat usaha tanpa memperhatikan kelangsungan lingkungan,” ujar Syahlan. Semua bangunan, termasuk tempat usaha, harus memiliki ruang terbuka hijau (RTH) sebagai area resapan air. Besarnya RTH hanya 10 persen dari luas area bangunan.
Ia juga masih menemukan pemangkasan pohon yang tidak memenuhi kaidah. Syahlan mencontohkan pohon yang bersinggungan dengan kabel listrik. “Seharusnya, yang dipangkas hanya bagian yang bersinggungan. Tapi tak jarang pohon justru dipangkas habis,” katanya. Ia juga berharap program 3 R (reduce, reuse, recycle) yang terus digalakkan Dinas Kebersihan dan Pertamanan dapat dilakukan secara masif oleh masyarakat. Hal tersebut dilakukan supaya produksi sampah bisa ditekan.
Hujan yang melanda Kota Bogor, Jawa Barat, Selasa (9/7), sejak siang hingga malam, menyebabkan sejumlah rumah tergenang air dan tertimpa pohon tumbang. Banjir terjadi di daerah Tanah Baru dan Kelurahan Tegal Lega, Kecamatan Bogor Utara.
Pada pertengahan April tahun ini, hujan deras disertai angin kencang menyebabkan longsor di Kelurahan Sempur, Kecamatan Bogor Tengah, Kota Bogor, Jumat (19/4). Longsor menimpa sebuah rumah sehingga menyebabkan empat orang penghuninya tewas. n c20 ed: muhammad hafil
Berita-berita lain bisa dibaca di harian Republika. Terima kasih.