REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Penyelenggaraan Miss World tetap berjalan sesuai rencana. Corporate Secretary Division RCTI, Adji S Soeratmadji menyatakan, pihaknya telah berbaik hati mencoba merengkuh para ulama ini, jauh sebelum Miss World digelar. Secara resmi, pihaknya telah mengirimkan surat kepada MUI Pusat dan MUI Jawa Timur.
Menurut dia, surat ini berisi permintaan waktu untuk bertemu agar bisa menjelaskan sisi-sisi positif dari Miss World ini. “Namun, mereka tidak mau, jawaban mereka katanya tidak ada korelasinya dengan mereka,” ujarnya saat bertandang ke //Republika//, Rabu (28/8).
Tak menyerah, ia pun melayangkan satu surat resmi sekali lagi, yang meminta MUI agar menjadi pembina dan penasihat dalam ajang ini. “Surat tersebut tidak dibalas justru, malah MUI membuat konferensi pers yang menyatakan penolakan pada Miss World,” jelasnya.
Ia mengakui terhenyak dengan adanya konferensi pers tersebut. Pihaknya pun kemudian melakukan pemeriksaan lebih lanjut, dan ia mengaku beberapa dari petinggi MUI mengaku tidak tahu mengenai sikap penolakan tersebut.
“MUI yang membuat konferensi pers tersebut berkata, isu ini baru akan dibawa ke rapat pleno MUI, jadi tidak semua ketua MUI menolak, mungkin ada beberapa yang tidak menyukainya,” ujar Adji. Ia juga membantah mengenai iming-iming kepada pengurus MUI.
Ia mengaku telah berkunjung ke Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) dan disambut ramah oleh pengurusnya. Meski akhirnya, HTI dan beberapa ormas Islam tetap bersikukuh untuk menolak ajang ini. Namun, menurut dia, pihaknya sudah memberikan informasi yang benar.
Adji menghargai jika ada pihak-pihak yang menolak ajang ini. Menurutnya, sebagai negara demokrasi, sah-sah saja jika ada pihak yang tidak setuju dalam penyelenggaraan sebuah acara dan mengekspresikannya.
“Silahkan jika mau menggelar demo, asalkan jangan anarkistis. Karena jika anarkistis, nanti kami bisa membawanya ke ranah hukum,” ujar Adji. Ia menuturkan, beberapa hari terakhir, panitia penyelenggara Miss World berkunjung ke satu media ke media lain dan ormas.
Adji menyatakan, serangkaian kunjungan itu merupakan usaha menjelaskan kembali sisi positif dari Miss World. Selain itu, pihaknya juga sekaligus mengklarifikasi tuduhan dan penolakan yang terjadi menanggapi ajang ini.
Sementara, Organisasi perempuan menyatakan penolakan terhadap penyelenggaraan Miss World 2013. Ketua Umum Pimpinan Pusat Aisyiyah Siti Noordjanah Djohantini mengatakan, pihaknya secara tegas menolak penyelenggaraan ajang tersebut.
Di samping itu, Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan lembaga Islam lain juga turut menolak ajang ini diselenggarakan di Indonesia. “Kalau ini negara demokrasi, suara-suara ini penting didengarkan,” ujar Siti, Rabu (28/8).
PP Aisyah memandang memberi apresiasi kepada perempuan tidak tepat dilakukan dengan ajang Miss World. Perempuan justru akan dijunjung tinggi jika program yang dilakukan memberikan dampak positif langsung.
Siti juga melihat pelaksanaan ajang itu tidak tepat digelar saat ini di tengah berbagai permasalahan bangsa. “Peningkatan kesehatan dan pendidikan kepada perempuan lebih utama,” ujarnya. Terlebih, secara Islam sudah jelas mengumbar aurat terlarang bagi Muslimah.
Ketua PP Fatayat NU Ida Fauziyah menanggapi wajar muncul pro kontra penyelenggaraan Miss World di Indonesia. Bagi yang tegas, ajang ini jelas dilarang. Namun, bagi yang moderat bukan berarti ajang ini bebas dilaksanakan.
“Ada hal-hal yang harus benar-benar diperhatikan jika terpaksa digelar,” ungkap Ida. Miss World 2013 harus memperhatikan kultur dan budaya Indonesia. Ida menyebut berbicara budaya, di dalamnya tercakup Islam yang sudah mendarah daging pada diri warga Indonesia.
Panitia juga tak boleh begitu saja melupakan mayoritas masyarakat Indonesia beragama Islam. “Wajib hukumnya penyelenggara memperhatikan budaya ini,” ungkap Ida. n hafidz muftisany/rosita budi suryaningsih ed: ferry kisihandi
Berita-berita lain bisa dibaca di harian Republika. Terima kasih.