Sabtu 11 Jan 2014 08:31 WIB
Nilai Tukar Uang

BI: Rupiah akan Membaik

Petugas mengangkut uang rupiah di
Foto: Republika/Aditya Pradana Putra
Petugas mengangkut uang rupiah di "pooling cash" salah satu bank milik pemerintah di Jakarta.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA --- Bank Indonesia (BI) meyakini, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS akan membaik pada 2014 menyusul kondisi perekonomian Indonesia yang mengarah pada perbaikan. Gubernur BI Agus Martowardojo mengatakan, perkembangan kondisi ekonomi Indonesia yang membaik terlihat dari neraca perdagangannya, neraca transaksi berjalan, neraca pembayarannya, dan juga pengendalian inflasinya pada kuartal keempat 2013.

Menurut Agus, perbaikan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS juga harus memperhatikan kondisi perekonomian dunia, terutama Amerika Serikat dan Cina. “Di AS, mulai akan ada pengurangan stimulus moneter dan itu tentu kondisi yang harus diwaspadai bersama,” kata Agus, di gedung Bank Indonesia, Jakarta, Jumat (10/1).

Sementara di dalam negeri, Agus melanjutkan, BI akan terus memperhatikan kedalaman transaksi di pasar uang. Kedalaman transaksi pasar uang perlu ditingkatkan karena pada saat tertentu BI akan melihat permintaan akan valuta asing cukup besar. “Dan, itu harus didukung penawaran yang baik serta mencerminkan fundamental ekonomi,” ujar Agus.

Dia menambahkan, penguatan nilai rupiah juga akan dipengaruhi hasil Pemilihan Umum 2014. Apabila nanti ada perkembangan kandidat yang baik dan bisa diterima pasar, maka hasil pemilu bisa memberikan transformasi di Indonesia sekaligus melanjutkan upaya-upaya reformasi struktural nasonal. Agus meyakini, kandidat yang diterima dengan baik oleh pasar uang akan turut memengaruhi kondisi perekonomian secara menyeluruh.

Pada awal semester II 2013, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS mulai meningkat hingga akhir tahun. Pada 1 Juli 2013, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS pada kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) mencapai Rp 9.934 per dolar AS. Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS kembali meningkat menjadi Rp 11.593 per dolar AS pada 1 Oktober 2013, kemudian mencapai Rp 12.263 per dolar AS pada 9 Januari 2014.

Pada Kamis (9/10), Bank Indonesia mengumumkan neraca pembayaran Indonesia (NPI) pada triwulan IV-2013 surplus 4,4 miliar dolar AS, dibandingkan triwulan III-2013 yang mengalami defisit 2,6 miliar dolar AS.

“Secara keseluruhan, BOP (balance of payment atau neraca pembayaran) kita pada triwulan IV mengalami surplus 4,4 miliar dolar AS yang disebabkan mengecilnya defisit transaksi berjalan dan surplus besar di neraca transaksi modal dan finansial,” kata Deputi Gubernur BI Perry Warjiyo.

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Hatta Rajasa mengatakan, perekonomian Indonesia pada tahun-tahun mendatang akan memasuki babak baru yang cerah. Apalagi, Indonesia dimasukkan ke dalam kelompok MINT (Meksiko, Indonesia, Nigeria, dan Turki) yang dinilai mantan kepala ekonom Goldman Sachs Asset Management Jim O'Neill berpotensi menjadi negara maju pada 2015.

Menurut Hatta, keberadaan Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) adalah roadmap (peta jalan) Indonesia untuk menjadi negara maju.

“Jadi, di sana dijelaskan, pada 2025 pendapatan per kapita kita 15 ribu dolar AS.  Itu kita sudah masuk ke dalam kategori upper middle income countries, belum negara maju, tapi kita sudah menuju kepada negara maju,” ujar Hatta.

Meskipun begitu, Hatta menilai, maju atau tidaknya sebuah negara tidak semata-mata dilihat dari pendapatan per kapitanya. Kualitas kehidupan masyarakat menjadi prioritas. “Di Indonesia kan ada IPM (indeks pembangunan manusia) menyangkut pendidikan, kesehatan, pendapatan, dan pada akhirnya kesejahteraan. Banyak negara sudah mendefinisikan the happiness itu apa. Kita sudah bergerak ke situ. Kita sudah ada jaminan kesehatan nasional supaya masyarakat kita lebih sehat, yang miskin dilindungi. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi saja tidak cukup. Dibutuhkan social protection (proteksi sosial),” katanya.

Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menyampaikan rasa syukurnya karena produk domestik bruto (PDB) Indonesia terus melesat dan kini menempati 15 besar ekonomi dunia.

“Alhamdulillah, PDB Indonesia menempati 15 besar ekonomi dunia,” kata Presiden SBY melalui akun Twitter-nya @SBYudhoyono. Presiden SBY melampirkan pertumbuhan PDB Indonesia sejak periode 1945-1965 sampai periode 2009-sekarang yang peningkatannya jauh melesat pada periode 2004-2009 dan 2009-sekarang.

Pada periode 1945-1965, PDB Indonesia mencapai Rp 23,71 triliun, periode 1965-2000 Rp 955,75 triliun, periode 2000-2004 menjadi Rp 2.295,82 triliun, kemudian pada periode 2004-2009 melesat menjadi Rp 5.613,4 triliun dan periode 2009-sekarang lebih melesat lagi menjadi Rp 8.241,86 triliun. n muhammad iqbal/esthi maharani/antara ed: eh ismail

Berita-berita lain bisa dibaca di harian Republika. Terima kasih.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement