Rabu 12 Mar 2014 12:05 WIB

Transaksi Timah Lewat Bursa pada 2015

Pekerja menata kepingan timah sebelum dikapalkan di Pelabuhan Sunda Kelapa, Jakarta.
Foto: Republika/Wihdan Hidayat
Pekerja menata kepingan timah sebelum dikapalkan di Pelabuhan Sunda Kelapa, Jakarta.

REPUBLIKA.CO.ID, PANGKAL PINANG -- Pemerintah mengimplementasikan kebijakan penjualan timah batangan melalui jalur satu pintu. Implementasi ini berlaku pada seluruh produk timah olahan, termasuk solder, setelah mengacu keberhasilan penjualan pada 2013.

Sekretaris Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi Junaedi menyampaikan, selama enam bulan implementasi Permendagri No 32/2013, pejualan timah batangan berjalan sangat baik. Mayoritas produsen timah batangan telah melalui Bursa Komoditi dan Derivatif Indonesia.

Tujuan utama pembentukan bursa lokal agar harga yang terbentuk bisa menjadi harga acuan global. Karena rata-rata harga penjualan timah di Bursa Timah Indonesia saat ini 23.200 dolar AS per metrik ton (MT). Sedangkan, harga timah di London Metal Exchange hanya 22 ribu dolar AS per MT.

Padahal, Indonesia sebagai salah satu produsen utama bahan mentah timah selalu berpatokan kepada harga di London. Namun, kehadiran bursa lokal justru membuat Indonesia diperhitungkan di mata global.

Apalagi skema penjualan akan dibuat secara transparan, adil, dan dipertanggungjawabkan. “Belum pernah ada komplain terkait produk maupun surveyor (Sucofindo dan Surveyor Indonesia),” tutur dia seusai membuka Tin Conference & Exhibition 2014 di Bangka, Selasa (11/3).

Data Bursa Komoditi dan Derivatif Indonesia, semenjak dibuka Agustus 2013 total penjualannya mencapai 26.415 MT dengan jumlah mencapai 523 juta dolar AS. Rata-rata penjualan per bulan mencapai 4.270 MT.

Terkait pergerakan harga, pencapaian tertinggi mencapai 23.495 dolar AS dan terendah adalah 21.500 dolar AS per MT. Dengan harga rata-rata 23.200 dolar AS per MT.

Menurutnya, penjualan via bursa komoditas berlaku untuk seluruh produk olahan. “Akan ada revisi sehingga seluruh produk timah akan melalui bursa komoditi,” jelasnya.

Langkah ini dinilai membuat penjualan timah lebih transparan. Sehingga, para pembeli yang kini sebagian masih melalui pihak ketiga akan langsung masuk ke bursa komoditi.

Namun, langkah ini diakusi membutuhkan sosialisasi intensif. Karena, selama bertahun-tahun pembeli bertransaksi melalui tangan ketiga yang pasarnya berada di negara luar.

Jika aturan penjualan satu pintu berhasil maka stok timah olahan yang berpusat di London, Inggris, akan habis. Setelah itu dunia akan berpaling kepada bursa timah Indonesia.

Saat ini, hampir 80 persen dari total produksi 44 ribu metrik ton (MT) pada 2013 timah lokal diekspor. Negara atau wilayah utama yang memiliki industri senjata, komunikasi, dan elektronik sangat masif dalam transaksi. Jepang, Korea, dan negara di Uni Eropa menjadi pengimpor timah asal Indonesia.

Lebih lanjut, Junaedi menilai, kebijakan penjualan timah satu pintu akan menguntungkan Indonesia. Karena, sebelum implementasi kebijakan penjualan dan ekspor melalui bursa timah Indonesia, harga ditentukan pasar di London.

CEO Bursa Komoditi dan Derivatif Indonesia Megain Widjaja menargetkan penjualan timah meningkat menjadi 6.000 MT. Berdasarkan Rencana Kerja Anggaran dan Biaya (RAKB), penjualan hanya mencapai 57 ribu MT.

Namun, sampai saat ini sudah 80 persen penjual (eksportir) yang melalui Bursa Timah Indonesia. Ia berharap ke depan angka itu akan meningkat.

Khususnya penjual yang benar-benar memiliki end user terpercaya. Artinya trader yang akan menjual kembali kepada industri yang membutuhkan timah. Menurut studi, 50 persen timah yang digunakan industri berasal dari Indonesia, yaitu 60 persen dalam bentuk solder. n ichsan emrald alamsyah ed: zaky al hamzah

Informasi dan berita lain selengkapnya silakan dibaca di Republika, terimakasih.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement