Ahad 16 Mar 2014 12:00 WIB

MUI: Jadilah Pemilih Cerdas

Ketua Umum MUI, Din Syamsuddin
Foto: ROL/Agung Sasongko
Ketua Umum MUI, Din Syamsuddin

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemilu adalah agenda nasional yang penting karena memiliki arti strategis. Pemilu adalah cara damai dan konstitusional untuk menyelesaikan masalah bangsa. "Saya berpesan sebaiknya masyarakat sebagai warga negara untuk mementingkan pemilu, baik pileg maupun pilpres," ujar Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) Din Syamsuddin, Sabtu (15/3).

Dia berharap pemilu tahun ini berjalan damai, jujur, adil dan bermutu. Dengan pemilu yang bermutu akan menghasilkan wakil rakyat dan pimpinan nasional yang bermutu.

Bangsa juga bisa melakukan perbaikan menuju perubahan bangsa maju dan bermartabat. Ketua Umum PP Muhammadiyah tersebut juga menilai pemilu mempunyai arti strategis sebagai fase penting untuk mengakhiri transisi demokrasi Indonesia yang sejak reformasi 15 tahun lalu nyaris kebablasan dan kehilangan arah.

Menurut Din, demokrasi saat ini kebablasan karena tidak konsisten mengarah ke cita-cita nasional sesuai UUD 1945. Proses demokrasi inilah yang perlu dikoreksi. "Umat Islam perlu melakukan konsolidasi demokrasi untuk memastikan integrasi dan integritas bangsa," katanya.

Dia menjelaskan, umat Islam perlu melakukan konsolidasi demokrasi untuk mengukuhkan peran politik bagi kemajuan bangsa. Umat Islam berada di garda terdepan dalam pembentukan negara Indonesia. Namun, Din justru melihat dalam arus demokrasi saat ini peran umat Islam terpinggirkan, bahkan tergantikan oleh kelompok yang tidak berperan penting bagi pembentukan Indonesia.

"Umat Islam harus berperan dalam pembangunan bangsa. Konsolidasi demokrasi perlu dimaknai khusus. Pemilu adalah momen strategis untuk memantapkan peran kebangsaan," ujar pria kelahiran Sumbawa, Nusa Tenggara Barat itu.

Umat Islam diminta menjadi pemilih cerdas. Dia mengimbau umatt Islam memilih pemimpin yang amanah, bertanggung jawab dan memiliki kemampuan memimpin bangsa.

Di sisi lain, Din meminta umat Islam menghindari kampanye hitam karena mengarah pada perpecahan. Selain itu, kampanye hitam bertentangan dengan nilai agama dan etika demokrasi.

"Bersainglah dengan sehat. Kepada parpol untuk bisa mengendalikan diri, jangan terjebak pada persaingan tidak sehat," katanya. n ani nursalikah/n niken paramita/c62/antara/ani nursalikah ed: syahruddin el-fikr

Informasi dan berita lain selengkapnya bisa dibaca di Republika, terimakasih.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement