Globalisasi dimafhumi tak hanya mengantarkan informasi dan modernisasi ke pelosok negeri. Satu hal yang juga menjadi korbannya adalah keberagaman lokal, utamanya bahasa daerah.
Pendataan dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan sejak lama sudah mengungkapkan kian berkurangnya penggunaan bahasa daerah. Tak hanya itu, bahasa daerah juga kian lama terancam punah. Sejumlah bahasa malah sudah mengalami nasib tersebut.
Pulau Kalimantan secara keseluruhan adalah wilayah dengan bahasa-bahasa yang beragam. Terlebih, daerah tersebut ditinggali suku-suku yang beragam.
Kekhawatiran tersebut juga menyergap pihak Balai Bahasa Provinsi Kalimantan Selatan (Kalsel). "Diperlukan solusi konkret untuk mencegah bergesernya bahasa daerah akibat perkembangan dan kemajuan zaman, sehingga bahasa daerah tetap lestari," kata Ketua Tim Legsikograf Balai Bahasa Kalsel Musdalifah, Ahad (7/9).
Terkait kekhawatiran itu, menurut Musdalifah, Balai Bahasa tak tinggal diam. Mereka akan mengundang para peneliti dari seluruh Indonesia untuk menggagas cara menyelamatkan bahasa-bahasa daerah.
Para guru besar dari berbagai universitas akan dikumpulkan di Kabupaten Banjar, Kalsel, 10-11 September 2014. Para ahli tersebut, kata Musdalifah, akan mendiskusikan berbagai hal yang berkaitan dengan pergeseran bahasa daerah di seluruh Indonesia sekaligus mencari solusinya.
Sebelumnya, Balai Bahasa Kalsel juga telah melakukan perekaman bahasa daerah yang hampir punah di provinsi setempat. Saat itu, Musdalifah bersama empat anggota tim turun ke lapangan untuk melakukan perekaman terhadap bahasa yang hampir punah di beberapa kabupaten. "Salah satu kabupaten yang kami kunjungi adalah Kabupaten Barito Kuala tepatnya di Kecamatan Berangas Desa Berangas Timur untuk melakukan perekaman Bahasa Dayak Berangas yang diperkirakan hampir punah," ujarnya.
Di Indonesia, diperkirakan ada sekitar 726 bahasa daerah. Tapi, yang berhasil dipetakan ada 456 bahasa daerah. Kebanyakan bahasa daerah yang punah di luar Jawa. ''Kemungkinan bahasa daerah yang belum dipetakan tersebut punah karena tidak ada pemakainya lagi,'' kata Kepala Balai Bahasa DIY Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Tirto Suwondo, beberapa waktu lalu.
Dari 400 lebih bahasa daerah yang berhasil dipetakan tersebut, jumlah pemakai yang lebih dari satu juta orang hanya ada 13 bahasa. Di antaranya, bahasa Jawa, bahasa Sunda, bahasa Bugis, bahasa Minang, bahasa Bali.
Menurut tirto,penyebab punahnya bahasa daerah karena jumlah pemakainya semakin sedikit. Biasanya, bahasa daerah itu hanya dikuasai para orang tua, sedangkan anak-anaknya dan cucunya kehidupannya sudah modern, sehingga banyak menggunakan bahasa Indonesia, bahkan bahasa asing. antara ed: fitriyan zamzami
***
Bahasa Punah
Mapia (Papua)
Tandia (Papua)
Bonerif (Papua)
Saponi (Papua)
Terancam Punah:
Lom (Sumatera)
Budong-budong (Sulawesi)
Dampal (Sulawesi)
Bahonsai (Sulawesi)
Baras (Sulawesi)
Lengilu (Kalimantan)
Punan Merah (Kalimantan)
Kareho Uheng (Kalimantan)
Hukumina (Maluku)
Kayeli (Maluku)
Nakaela (Maluku)
Hoti (Maluku)
Hulung (Maluku)
Kamarian (Maluku)
Salas (Maluku)
Sumber: Balai Bahasa