Ahad 26 Jun 2016 13:55 WIB

Jelang Lebaran, Masyarakat Agar Waspadai Uang Palsu

Red: Arifin

JAKARTA - Penyebaran uang palsu di Indonesia ini meningkat dalam dua tahun terakhir. "Sekarang kita cari ke sumbernya dengan meningkatkan kerja sama antara Polri dan BI," kata Deputi Gubernur Bank Indonesia Ronald Waas di IRTI Monas, Jalan Medan Merdeka Selatan, Sabtu (25/6), Jakarta, Sabtu (25/6).

Menjelang Hari Raya Idul Fitri 1437 H, Ronald mengingatkan, kebutuhan masyarakat akan uang tunai dipastikan meningkat. Momen tersebut bisa saja dimanfaatkan oknum- oknum tertentu untuk mengedarkan uang palsu.

Bank Indonesia mengimbau agar masyarakat tetap berhati-hati, terutama saat melakukan penukaran uang.

"Tetap perhatikan 3D (dilihat, diraba, diterawang) dan harus meningkatkan kewaspadaan," kata Ronald. Ia juga mengimbau agar masyarakat menukar uang pecahan kecil di titik-titik resmi yang disediakan bank-bank yang ada. Sebab, selain tanpa potongan, uang juga dijamin keasliannya.

Kemarin, Bank Indonesia (BI) menggelar gerakan peduli koin nasional di IRTI Monas, Jalan Medan Merdeka Selatan. Kegiatan yang pernah dilakukan pada 2010 itu bertujuan meningkatkan kepedulian masyarakat dalam melakukan transaksi menggunakan uang logam.

Ronald melanjutkan, penggunaan uang logam di Indonesia dari tahun ke tahunnya terus mengalami penurunan.

Dalam jangka waktu 10 tahun terakhir, BI telah mengedarkan uang koin sejumlah Rp 6 triliun.

Jumlah yang kembali masuk ke BI dalam 10 tahun terakhir hanya Rp 900 miliar, atau sekira 16 persen. "Itu tahun depan mungkin bisa turun lagi," ucap dia.

Padahal, lanjut Ronald, uang logam lebih efisien jika dibandingkan uang kertas. Sebab, uang koin tersebut memiliki umur yang panjang, yakni bisa bertahan 7 hingga 8 tahun.

"Kalau uang kertas, apalagi uang yang pecahan kecil itu ada yang umurnya kurang dari satu tahun sudah harus disegarkan kembali," ujar dia.

Ronald Waas menyebut dua penyebab penurunan penggunaan uang koin.

"Ada daerah-daerah yang transportasi utamanya lewat air, sementara koin kan kalau jatuh ke air langsung ilang. Kalau kertas masih ada harapan bisa diambil," kata dia.

Selain itu, ada pula sebagian orang yang melebur uang koin untuk diubah menjadi sesuatu. "Karena nilai logamnya lebih tinggi daripada nilai valuenya," ucap Ronald.

Pada bagian lain, Kepala Departemen Pengelolaan Uang Bank Indonesia (BI) Suhaedi memaparkan bahan dasar uang logam pecahan Rp 500 ke bawah adalah aluminium. Sementara itu, pembuatan uang logam pecahan Rp 1.000 yang baru menggunakan bahan dasar nickel planted steel(NPS). "Aluminium itu lebih murah dibandingkan dengan nikel," kata dia di IRTI Monas.

Meski begitu, biaya pembuatan uang logam lebih murah dibanding biaya pembuatan uang kertas. Menurut Suhaedi, mahalnya biaya produksi uang kertas tak lain karena setiap uang kertas dilengkapi fitur pengaman. Tak tanggung-tanggung, satu lembar uang kertas bisa memiliki fitur pengaman yang jumlahnya lebih dari 10.    rep: Dadang Kurnia, ed: Nina Chairani

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement