"Kekuatan dan kejayaan kami datang kepada kami melalui layar-layar putih..." demikian tutur penulis terkenal Norwegia Bjørnstjerne Bjørnson pada 1868. Keyakinan yang dianut bangsa Norwegia, demikian pula sejarah kelahirannya, berkaitan erat dengan lautan.
Indonesia dikenal sebagai bangsa yang memiliki tradisi maritim yang kuat, begitu juga halnya dengan Norwegia. Ini dikarenakan negara saya, seperti Indonesia, terdiri atas ribuan pulau yang membentuk garis pantai yang sangat panjang dengan sumber daya alam yang melimpah di bawah lautnya.
Negeri Nordik yang terletak di kawasan Skandinavia di Eropa Utara ini berabad-abad yang lalu didiami oleh bangsa Viking, seperti halnya nenek moyang bangsa Indonesia, dikenal sebagai pelaut ulung dan penjelajah samudra. Selama berabad-abad, setiap keluarga yang hidup di wilayah pesisir Norwegia memiliki setidaknya seorang anggota keluarga yang bekerja di laut--yang menjadi penghubung komunitasnya dengan dunia luar. Ayah saya sendiri sempat mengenyam kehidupan sebagai pelaut di kapal kargo Norwegia selama setahun pada 1961, sebelum kembali ke Norwegia untuk menyelesaikan studinya.
Norwegia kini adalah sebuah negara modern yang tetap setia menjaga tradisi kemaritimannya. Dengan jumlah penduduk yang hanya sekitar lima juta jiwa, Norwegia saat ini tercatat sebagai negara dengan kegiatan pelayaran lepas pantai terbesar kedua di dunia dan memiliki armada kapal dagang yang beroperasi di lebih dari 100 negara, termasuk di Indonesia.
Industri maritim Norwegia telah menjadi sebuah sektor terpadu yang melibatkan banyak perusahaan terkemuka yang bergerak di bidang pelayaran serta perancangan dan pembangunan kapal yang berkolaborasi dengan sejumlah universitas, pusat-pusat penelitian, dan badan-badan regulator. Sektor maritim tercatat menyumbang 5,5 persen dari produk domestik bruto (PDB) Norwegia pada 2009 dan hampir 10 persen dari total nilai ekspor negara tersebut, mengukuhkannya sebagai sektor dengan nilai ekspor terbesar kedua setelah sektor migas.
Di sektor perikanan, Norwegia telah berhasil menjadi pemasok utama ikan salmon di pasar dunia. Selama 15 tahun terakhir, produksi salmon Norwegia meningkat lebih dari tiga kali lipat dari hanya sekitar 400 ribu ton menjadi lebih dari 1,3 juta ton per tahun. Total nilai ekspor produk perikanan Norwegia untuk 2015 mencapai 9 miliar dolar AS.
Ekspor Norwegia ke Indonesia masih terbilang kecil, tapi kami berharap ekspor makanan laut antarkedua negara kita akan terus meningkat seiring dengan meningkatnya pendapatan, pendidikan, dan pemahaman masyarakat kita tentang makanan sehat. Salmon Norwegia ternyata digemari masyarakat Indonesia--kami siap seandainya lebih banyak lagi warga Indonesia yang ingin menikmati salmon. Dan, mungkin lebih banyak pula ikan tuna Indonesia yang bisa sampai ke Norwegia?
Tidak mengherankan bila saat ini sektor maritim menjadi salah satu prioritas Pemerintah Norwegia. Pada dasarnya, pemerintah memiliki visi menempatkan Norwegia sebagai bangsa terdepan di antara bangsa-bangsa maritim di dunia yang bisa menciptakan solusi-solusi inovatif dan ramah lingkungan demi masa depan yang lebih baik.
Untuk mewujudkan visi tersebut, Pemerintah Norwegia telah menetapkan pertumbuhan yang berkelanjutan dan penciptaan nilai sebagai sasaran utama yang hendak dicapai dalam industri maritim Norwegia. Dalam upaya mencapai sasaran ini, Pemerintah Norwegia melakukan sejumlah langkah yang bertujuan mengukuhkan posisinya sebagai negara maritim terdepan dengan armada yang besar serta merangsang pertumbuhan industri maritim yang ramah lingkungan dengan penggunaan teknologi dan bahan bakar alternatif.
Banyak kapal feri di Norwegia kini menggunakan bahan bakar gas alam dan kapal feri bertenaga listrik pertama di dunia mulai dioperasikan di Norwegia sejak Mei 2015. Kegiatan penelitian, pengembangan, dan inovasi teknologi merupakan kunci untuk memperkuat penciptaan nilai dan daya saing industri maritim.
Hal lain yang tak kalah penting adalah kerja sama internasional untuk mewujudkan pasar bebas serta kerangka peraturan global yang harmonis. Semua ini perlu terus diupayakan sambil tetap memperhatikan isu-isu penting, seperti keselamatan kerja dan pelestarian lingkungan.
Dengan visi tersebut, Pemerintah Norwegia menyambut baik visi yang dicanangkan Presiden Joko Widodo untuk menjadikan Indonesia sebagai Poros Maritim Dunia (PMD), yakni Indonesia yang berdaulat dan sejahtera yang berbasis pada ekonomi kelautan dan budaya maritim. Persamaan visi dan prioritas maritim antara Indonesia dan Norwegia ini tentunya membuka peluang kerja sama yang luas bagi kedua negara. Dalam hal ini, pemerintah dan para pelaku industri Norwegia siap berbagi pengalaman dan keahliannya untuk mendukung visi maritim Indonesia.
Dalam pertemuan dengan Perdana Menteri Norwegia Erna Solberg pada April 2015, Presiden Jokowi menyebut sektor maritim sebagai salah satu bidang di mana Norwegia menjadi mitra penting bagi Indonesia. Dalam sektor ini, kedua negara telah menjalin kerja sama dalam bidang pengembangan budi daya perikanan dan pemberantasan penangkapan ikan ilegal.
Sejak dua tahun terakhir, Indonesia dan Norwegia telah bekerja sama mengembangkan budi daya ikan tuna dan baramundi di Kabupaten Yapen, Papua Barat. Pengembangan budi daya ikan laut yang ramah lingkungan ini sangat penting perannya dalam mewujudkan perikanan yang berkelanjutan sebagai sumber mata pencaharian utama masyarakat di wilayah pesisir.
Proyek Yapen ini diharapkan menjadi percontohan yang nantinya dapat diterapkan pula di daerah lain di wilayah Indonesia. Beberapa waktu lalu, Pemprov Riau telah menyatakan minatnya untuk menjalin kerja sama serupa di perairan Riau.
Penangkapan ikan ilegal adalah tindak kejahatan serius yang tidak hanya merusak upaya pelestarian dan pengelolaan stok ikan, tapi juga merusak mata pencaharian nelayan tradisional yang melakukan penangkapan ikan secara jujur dan bertanggung jawab. Tindak kejahatan ini perlu segera ditanggulangi secara tegas dan transparan untuk mencegah kerusakan yang lebih parah dan melindungi mata pencaharian para nelayan tradisional.
Untuk menjawab tantangan ini, pada November 2015 Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti dan Menteri Perikanan Norwegia Elisabeth Aspaker menandatangani pernyataan bersama untuk memerangi kegiatan penangkapan ikan ilegal. Tanpa menunggu lama, kerja sama ini pun membuahkan hasil dengan penangkapan kapal FV Viking yang telah bertahun-tahun menjadi buronan Interpol dan akhirnya ditenggelamkan Pemerintah Indonesia di perairan Pangandaran pada Maret lalu.
Indonesia dan Norwegia tidak hanya memiliki kesamaan dalam sejarah dan potensi maritim, tapi kedua negara juga memiliki kesamaan pandangan dalam menjunjung tinggi nilai-nilai universal, seperti demokrasi, kebebasan beragama, dan penghormatan terhadap hak asasi manusia. Selain menjalin kerja sama dalam bidang kemaritiman, kedua negara juga menjalin kerja sama dalam bidang lainnya, seperti perubahan iklim dan kehutanan, energi, perdagangan, demokrasi dan HAM, serta pengentasan kemiskinan.
Norwegia berkomitmen untuk terus berbagi pengalaman dan keahlian dalam sektor maritim dan sektor-sektor lainnya untuk membantu Indonesia mewujudkan cita-cita pembangunannya.
Stig Traavik
Duta Besar Norwegia untuk Indonesia