Rabu 11 May 2016 17:00 WIB

Said Aqil Siroj, Ketua Umum PBNU: Islam Melarang Kekerasan

Red:

 

Republika/Agung Supriyanto

 

 

 

 

 

 

 

 

Mau dibawa ke mana Islam Nusantara?

NU memperkenalkan wajah Islam Nusantara bukan mazhab, bukan aliran baru, apalagi agama baru. Ini hanyalah tipologi keislaman penduduk Nusantara yaitu Islam yang melebur dengan budaya, tradisi dan pada puncaknya Islam yang melebur pada nasionalisme.

Masalah yang terjadi di Timur Tengah karena belum adanya titik temu antara Islam dan nasionalisme.

Apa strategi NU membawa pesan damai ke kancah dunia sementara di satu sisi kelompok ekstrem terus melakukan propaganda?

Bagi NU dulu, sekarang, dan seterusnya tidak akan pernah berubah. Kiai-kiai pesantren, sebelum ada teroris, sebelum ada kelompok radikal setiap malam memberikan bimbingan, dakwah kepada masyarakat.

Mari kita jalankan Islam dengan benar yaitu akhlak karimah, maka kekerasan radikal jelas bertentangan dengan akhlak yang mulia. Para kiai selalu mengajarkan budi pekerti, moral, dan menghormati satu sama lain.

Jadi, kalau kiai tahu persis Islam melarang tindakan kekerasan, tapi kita juga menuntut keadilan. Walaupun kita tegas tapi kita harus memperjuangkan keadilan. Haknya Palestina. Haknya orang tertindas, kemiskinan. Kita juga membela mereka.

Bukan berarti kita lemah. Dalam memperjuangkan keadilan seperti Gus Dur (Abdurrahman Wahid), kalau sudah bicara keadilan beliau tidak takut apa-apa walaupun Gus Dur menghindari kekerasan.

Apakah NU juga akan berkampanye melalui media sosial mengingat kelompok ekstrem juga melakukan propaganda di media sosial?

Alhamdulillah kami punya laman berita NU Online, yang dikunjungi 70 ribu lebih, streaming tv, TV Aswaja, ada majalah Aula yang lokal di setiap cabang meski kalau dibandingkan kelompok radikal jumlahnya lebih sedikit.

Ingin menegaskan saja, apa yang ingin disampaikan dari Islam Nusantara?

Kami tidak ingin mendikte tapi menularkan bahwa di sini Islamnya ramah, penuh kesantunan dengan berbagai perbedaan tapi masih mampu menjaga keharmonisan.  Oleh Rahmat Fajar, ed: Ferry Kisihandi

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement