Oleh:Siwi Tri Puji B -- "Saya sangat berterima kasih sehingga Israel tahu bagaimana menciptakannya, berterima kasih pada pelobi efektif yang menjamin pendanaannya, dan Kongres serta dukungan Presiden AS yang membuat Iron Dome kini ada untuk (melindungi) warga Israel," tulis seorang rabi asal Amerika Serikat dari tempat perlindung an bom di Yerusalem.
Surat terbukanya yang kemudian dipublikasi di banyak media ini sama seperti yang disuarakan banyak warga Israel.Dalam konflik terbaru Israel- Palestina, Iron Dome bak tameng pelindung yang siap menghadang roket-roket kelompok militan Hamas yang diarahkan ke wilayah mereka.
Alih-alih mengambil jalan seperti yang dilakukan sang rabi berlindung di shelter khusus, banyak warga Israel menonton serangan udara militer mereka bak menonton bioskop tanpa jeda waktu: dengan para tetangga di selasar rumah sambil mengudap makanan kecil mereka menonton roket-roket Hamas ditabrak rudal yang diluncurkan Iron Dome, dan di sisi langit lainnya, bom-bom Israel menghancurkan ratusan bangunan di iringi sorak-sorai dan derai tawa.
Foto:AMIR COHEN/X02077
Sebuah Iron Dome peluncur roket pencegat kebakaran di kota selatan Asdod
Adi Dahan, seorang warga Israel, de ngan lantang menyebut Iron Dome membuatnya serasa memiliki banyak matahari bahkan pada malam hari. "Ketika sirene terdengar, aku tetap tinggal di apartemenku," kata agen real estat berusia 28 ta hun itu yang tinggal di sebuah apartemen baru dengan pemandangan Mediterania.
Apartemennya adalah salah satu dari puluhan bangunan yang setiap bulan men jadi target serangan Hamas karena bangunannya yang tinggi menjulang di kota Ashkelon, Israel. Dalam sepekan ter akhir saja, setidaknya 65 roket telah melesat ke arah Ashkelon. Dari jumlah itu, 35 telah ditembak jatuh oleh Iron Dome.
Di tengah serangan itu, kata Dahan, ia sesekali menontonnya dari teras. "Jika Anda menghadap ke selatan, Anda mendapatkan lebih banyak sinar matahari," ujarnya terkekeh, menyebut terangnya sinar roket Hamas ketika bertubrukan dengan rudal penghancur Iron Dome.
Banyak media mengulas sistem militer berteknologi tinggi itu dan memujinya. Sistem pertahanan anti-rudal Iron Dome pertama kali membetot perhatian dua tahun yang lalu. Saat itu, alat ini mampu mencapai tingkat keberhasilan 80 hingga 90 persen.
Dalam leksikon misterius teknologi militer, Iron Dome adalah sistem yang terdiri dari tiga komponen utama, yaitu stasiun pelacakan radar, pusat kontrol, dan rudal penghancur.
Masing-masing komponen bertanggung jawab untuk fase yang berbeda dari apa yang para kritikus militer menyebutnya sebagai "mesin cerdas mulai mendeteksi hingga melakukan aksi". Ketika roket ditembakkan, radar canggih Iron Dome segera mendeteksinya, yang dirancang khusus untuk melacak hingga objek gerak terkecil.
Data tersebut kemudian dilewatkan melalui koneksi nirkabel ke pusat kendali. Di sini, tim personel militer Israel menilai lintasan roket yang masuk dan menentukan apakah harus dicegat atau tidak. Mengingat tingginya biaya rudal Iron Dome, mereka hanya menghadang roketroket yang diarahkan ke daerah-daerah berpenduduk.
Ketika perlu untuk mencegat roket, perintah peluncuran ditransmisikan ke baterai rudal Iron Dome, dan pencegat rudal Tamir, menggunakan sistem bimbingan canggih dan informasi dari kontrol pusat, diarahkan ke jalur lintasan roket. Seluruh proses memakan waktu antara dua sampai tiga menit saja. Iron Dome mampu mencegat rudal diluncurkan dari antara empat hingga 70 km jauhnya.
Awalnya bukan untuk Hamas
Iron Dome dikembangkan hanya dalam empat tahun dan mulai dioperasikan sejak 2011. Anehnya, dorongan untuk proyek ini bukan berasal dari ancaman Hamas.
Gagasan lahirnya Iron Dome muncul pada Juli 2006, dengan pecahnya perang melawan Hizbullah di Libanon selatan. Selama sebulan, Hizbullah menembakkan sekitar 4.000 roket ke Israel utara, yang menyebabkan krisis air, blokade, dan berujung dengan invasi darat mahal. Pada saat pasukan Israel akhirnya menyadari harus membuat sistem pertahanan antirudal, kerusakan sudah terjadi.
Bagi Hamas dan Hizbullah, serangan roket selalu menarik. Biaya untuk serangan ini tergolong murah, sangat mobile dan penggunaannya tidak memerlukan keahlian teknis yang besar. Roket dapat diluncurkan dengan sasaran kota-kota Israel, tanpa perlu superioritas udara. Yang paling penting, roket efektif dalam menanamkan rasa tak aman di antara penduduk Israel.
Pada kurun 2006-2007, hampir 4.000 roket mendarat di Israel Utara, dan lebih dari 4.000 roket ditembakkan dari Gaza ke Israel selatan antara tahun 2000 dan 2007. Departemen Pertahanan Israel meng klaim, menurut Haaretz, telah dicegat 27 persen dari lebih dari 180 roket yang ditembakkan per hari Setelah sistem Iron Dome terbangun. Satu unit Iron Dome mampu menembakkan 20 rudal pencegat Tamir, menghentikan artileri yang ditembakkan dari lokasi empat sampai 70 kilometer jauhnya di segala kondisi cuaca.
Perancang Iron Dome, Rafael Advanced Defence Systems, mengatakan perangkat ini mampu "menangani beberapa ancaman secara bersamaan dan efisien" tetapi mengabaikan ancaman yang diperkirakan menyerang di luar zone yang dilindungi. Misalnya, sistem ini tidak menargetkan roket atau rudal yang diarah kan pada daerah-daerah tak berpenghuni.
Hingga akhir 2012, Israel memiliki lima unit Iron Dome yang ditempatkan di lima lokasi di Israel selatan dan di Tel Aviv, yang semuanya dapat dipindahkan ke lokasi lain bila diperlukan. Israel menempatkan unit keenam pada September 2013, di tengah kekhawatiran serangan dari militan di Suriah.
Penyokong dana terbesar sistem pertahanan anti-rudal ini adalah AS. Pemerintah Barack Obama mengucurkan hingga 205 juta dolar AS pada 2010. Setelah mengetahui tingkat keberhasilannya, mereka kembali mengucurkan dana 221 juta dolar AS pada 2013. Pada bulan Maret, pemerintah AS, melalui Missile Defense Agency, berjanji segera mentransfer 429 juta dolar AS khusus untuk pendanaan untuk Iron Dome. Transfer langsungnya adalah selain 310 juta dolar AS dalam bantuan tunai, mereka juga memberikan bantuan teknis.
Kini Rafael Advanced Defence Systems bekerja sama dengan Raytheon Co yang berbasis di AS mengembangkan sistem pertahanan baru lainnya yang dikenal sebagai "David Sling, yang telah diuji untuk menghentikan roket dan proyektil lainnya dengan rentang jarak antara 70 kilometer dan 300 kilometer.
Bukan teknologi murah
Iron Dome, bagaimanapun, bukan teknologi yang murah. Bahkan banyak ahli menganggap, terlalu mahal untuk mencegat satu roket yang paling hanya berbiaya 8.000 dolar AS per unitnya. Israel mengalokasikan sekitar 1 miliar dolar AS untuk mengembangkan teknologinya, dengan rencana membuat 15 unit dalam waktu dekat. Satu unit Iron Dome berbiaya sekitar 50 juta dolar AS, sedangkan masing-masing rudal pencegat Tamir biayanya sebanyak 100 ribu dolar AS.
Ada benarnya jika para ahli menyatakan Iron Dome terlalu mahal untuk 'hanya' mencegat roket Hamas. Meng ingat biaya ketidakseimbangan yang mendalam, serangan roket yang berkelanjutan memiliki efek melumpuhkan anggaran pertahanan Israel.
Kedua, serangan roket terlepas dari apakah mereka mencapai target atau tidak, tujuan utamanya adalah menimbulkan 'gangguan'. Ketika roket-roket mulai diluncurkan, sirine yang meraungraung adalah teror tersendiri bagi warga Israel. Meski tak selalu menyebabkan kematian dan kehancuran yang memadai, mental warga kerap terteror.
Tentang mahalnya proyek Iron Dome, Majalah Time pada tahun 2012 mengutip seorang pejabat senior Israel yang menga takan biaya rudal pencegat bak "uang sa ku" saja, jika dibandingkan dengan keru gi an yang ditimbulkan jika rudal tak dihadang. "Jika roket ini benar-benar jatuh ke satu wilayah berpenduduk, maka akan banyak manusia yang terluka, juga menghancurkan infrastruktur. Biayanya akan jauh lebih besar ketimbang 100 ribu dolar AS," katanya.
Meskipun keberhasilan yang tampak jelas, Iron Dome tidak mewakili sebuah terobosan teknologi yang signifikan da lam pertahanan rudal. Alasan yang paling logis, jenis roket Iron Dome yang digunakan untuk mencegat hanya ter bang da lam jarak pendek saja. Selain itu, juga relatif mudah untuk dilacak dan dihancurkan.
Rudal balistik jarak jauh, sebaliknya, meninggalkan atmosfer dan masuk kem bali dengan kecepatan supersonik. Sementara mereka juga mengikuti busur parabola, beberapa hulu ledak bermanuver, dan dapat ditingkatkan dengan peluncuran rudal berikutnya. Untuk alasan ini, meski pun tingkat keberhasilan hingga 90 persen Iron Dome tampak mengesankan, kemampuan alat ini tetap dipertanyakan.