REPUBLIKA.CO.ID,PARIS--Tokyo Electric Power (TEPCO), operator pembangkit listrik tenaga nuklir Fukushima, yang rusak di Jepang, meminta bantuan dari Prancis untuk mengatasi "krisis" itu, kata Menteri Perindustrian Eric Besson pada Senin.
"TEPCO untuk pertama kali, saya dengan senang mengatakan, meminta bantuan dari industri di Prancis," kata Besson kepada radio RTL, dengan menyebutkan nama perusahaan energi raksasa EDF, kelompok nuklir Areva dan badan tenaga atom Prancis CEA dalam pernyataannya.
Baik EDF (Electricite de France) maupun Areva belum memastikan berita tersebut saat dihubungi AFP. Besson mengatakan bahwa keadaan saat ini di Fukushima, tempat air dengan tingkat radioaktif tinggi bocor dari turbin pembangkit itu setelah gempa pada 11 Maret dan berada dalam "keadaan sangat gawat".
"Sulit mengetahui dengan pasti mengenai keadaan sebenarnya," kata Besson.
Saat kelompok perusahaan Prancis berpengalaman tersebut ikut, mereka akan tahu lebih banyak, tambahnya.
EDF, yang menjalankan 58 pembangkit nuklir Prancis, pada 18 Maret mengumumkan bahwa tiga perusahaan tersebut akan mengirimkan 130 ton perlengkapan khusus ke Jepang, termasuk robot, yang mampu masuk bila terjadi kecelakaan nuklir.
Namun, juru bicara Besson mengatakan bahwa permintaan terbaru TEPCO merupakan isu terpisah. Air temuan di terowongan bawah tanah, yang terhubung dengan pembangkit No.2 di PLTN Fukushima, menunjukkan bahwa tingkat radiasi berada pada angka lebih dari 1.000 milisievert per jam, kata pejabat TEPCO kepada wartawan di Jepang.
Gempa besar dan tsunami pada 11 Maret merusak sistem pendingin dari enam reaktor di PLTN itu, memicu ledakan dan kebakaran, menyebarkan radiasi dan ketakutan global mengenai bencana meluas.
Presiden TEPCO Masataka Shimizu (66 tahun) sakit pada 16 Maret dan harus libur beberapa hari dari satuan tugas bersama, yang dibentuk pemerintah dan perusahaan itu.
Jumlah orang dipastikan tewas atau hilang pascagempa berkekuatan 9,0 pada skala Richter ditambah dengan ombak raksasa itu mencapai di atas 28.000 jiwa pada Senin dengan 10.901 orang dipastikan tewas.