REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Unit Tranfusi Darah (UTD) Palang Merah Indonesia cabang Surabaya didukung Kementerian Kesehatan terus melakuan inovasi terhadap layanan bagi pendonor darah. Salah satu terobosan yang diambil adalah teknologi uji scanning darah baru dengan sistem Nucletic Acid Test (NAT) dari Amerika Serikat.
Humas UTD PMI Surabaya, Agung Tri Jutanto, mengatakan adanya alat teknologi itu digunakan untuk mencegah adanya darah terinfeksi penyakit, seperti hepatitis B, C maupun HIV/AIDS. Karena alat ini memiliki keunggulan sangat peka dalam memeriksa detail kandungan zat darah hingga bagian DNA-RNA darah tersebut. “Pemeriksaan menggunakan NAT ini juga bisa memperpendek window period dari penyakit tersebut. Adanya virus juga bisa terdeteksi lebih dini sebelum dibentuk antibodi tubuh,” ujarnya, Selasa (29/3).
Menurut Agung, terdapat tiga uji saring darah yang dilakukan PMI. Pertama, pemeriksaan untuk konfirmasi golongan darah. Kedua, pemeriksaan untuk mengetahui kadar antigen dan antibodinya. Ketiga, pemeriksaan menggunakan NAT.
Selama ini, kata dia, petugas PMI terkadang tidak berani untuk mengeluarkan darah yang digunakan masyarakat meski pemeriksaan antigen dan antibodi menunjukkan hasil non-reactive. “Mereka baru berani mengeluarkan darah tersebut setelah ada hasil dari pemeriksaan NAT yang memang menunjukkan hasil sama,” terangnya.
Hal itu dilakukan, sambung Agung, karena hasil uji saring darah dengan antigen dan antibodi tak sepeka NAT. “Inilah yang membuat pemeriksaan menggunakan NAT lebih unggul.”