REPUBLIKA.CO.ID,OSAKA - Jepang tidak mempunyai pilihan lain selain tetap menyemprotkan air ke reaktor di PLTN Fukushima Daiichi untuk membatasi kehancuran yang lebih besar. Meskipun, upaya penyemprotan tersebut dikhawatirkan dapat memicu kebocoran radioaktif. Demikian kata pemerintah pada Selasa (29/3).
"Kami harus mencegah batang bahan bakar panas dan mengering. Melanjutkan pendinginan adalah hal yang tidak dapat dihindarkan... Kami harus memprioritaskan penyemprotan air," kata Kepala Sekretaris Kabinet, Yukio Edano, kepada wartawan.
Pemadam kebakaran dan tentara terus menyiramkan air laut dan menyemprotkan air murni ke empat dari enam reaktor di pembangkit listrik tenaga nuklir tersebut setelah gempa berkekuatan 9,0 pada skala Richter dan tsunami pada 11 Maret lalu merusak sistem pendingin. Namun sebagai konsekuensi dari tindakan darurat itu, air dengan kandungan radioaktif ditemukan di ruang bawah tanah di bangunan turbin keempat reaktor. Air mengandung radioaktif juga terdapat di terowongan bawah tanah yang terhubung dengan reaktor-reaktor tersebut.
Air ditemukan di terowongan yang terhubung dengan reaktor No.2 menunjukkan kadar radiasi mencapai lebih dari 1.000 milisievert per jam. Debit airnya sekitar jumlah air dua kolam renang olimpiade.
Plutonium yang juga terdeteksi di tanah di lima tempat di PLTN itu juga menambah kekhawatiran. "Kami melakukan usaha maksimal untuk tetap menjaga batang bahan bakar tidak memanas sambil berusaha untuk menggunakan air sedikit mungkin," kata Edano. "Namun, pada dasarnya kami menghadapi situasi yang mengharuskan kami untuk memindahkan air secepat mungkin."
Pekerja mulai menghilangkan air dari gedung turbin reaktor No. 1 dengan menggunakan kondensator pada Kamis (24/3). Namun, usaha untuk mengambil air yang berada di reaktor No. 2 dan No. 3 itu terganjal fakta bahwa mesin kondensator mereka nyaris meluap.