REPUBLIKA.CO.ID, JEDDAH - Arab Saudi bernjanji dan siap memenuhi kebutuhan energi negara-negara Asia. "Kami siap memasok kebutuhan minyak ke Korea Selatan dan negara-negara Asia lainnya," kata Menteri Perminyakan dan Sumber Daya Mineral Ali Al-Naimi, Sabtu (9/4).
Pernyataan ini ditegaskan Naimi ketika berbicara dengan Menteri Pengetahuan Ekonomi Korea Selatan Joong Kyung-choi, dalam pertemuan bilateral kedua negara untuk membahas situasi ekonomi di Korea. Korea Selatan merupakan salah satu importir terbesar minyak Saudi. Negeri kerajaan ini memiliki banyak investasi di sektor minyak bumi negara-negara Asia.
Berbicara tentang kenaikan harga minyak di pasar global, Naimi mengatakan hal itu terjadi bukan karena kekurangan pasokan. "Permintaan dan penawaran di pasar internasional masih seimbang sementara cadangan komersial tetap stabil," jelasnya.
Harga minyak meroket di atas US $ 112 per barel di New York, Jumat (8/4) dan Brent bertengger di angka US $ 126 menyusul anjloknya nilai tukar dolar dan berlanjutnya kekhawatiran tentang pengiriman dari pemasok-pemasok utama minyak dunia.
Pengiriman Benchmark West Texas Intermediate untuk bulan Mei naik $ 2,49 atau 2,3 persen, dan bercokol di angka $ 112,79 per barel di New York Mercantile Exchange. Harga minyak mentah mencapai angka tertinggi setelah 30-bulan hampir tiap hari dalam beberapa pekan ini.
Dalam perkembangan terkait, Presiden Saudi Aramco Khalid Al-Falih memprediksi bahwa permintaan minyak dari negara-negara industri akan turun hingga tahun 2035. Namun, itu akan dikompensasi oleh meningkatnya permintaan dari raksasa-raksasa ekonomi Asia semacam Cina, India dan Korea Selatan, serta Brazil.
Saudi Aramco akan menggarap dua proyek perminyakan di Indonesia dan Vietnam sebagai bagian dari upaya memperluas bisnisnya di Asia. “Raksasa-raksasa minyak Saudi sedang bekerja dengan perusahaan multinasional seperti Total, Dow Chemical, Sumitomo Chemical dan Royal Shell Belanda,” kata Falih.