Ahad 10 Apr 2011 13:30 WIB

Hanung Bramantyo: Jangan Menilai Film "?" Tanpa Menonton Secara Utuh

Rep: S owo Pribadi/ Red: Siwi Tri Puji B
Pemutaran perdana film Tanda Tanya karya Hanung Bramantyo di Djakarta Theater.
Foto: Republika
Pemutaran perdana film Tanda Tanya karya Hanung Bramantyo di Djakarta Theater.

REPUBLIKA.CO.ID, SEMARANG - Sutradara Film "?" (baca: Tanda Tanya) Hanung Bramantyo menyatakan  untuk bisa memahami pesan dalam film ini ia menyarankan penonton untuk menyimak perjalanan cerita dari awal hingga akhir film. Dalam menyikapi pro kontra yang muncul, ia pun menegaskan bahwa film -- yang dibintangi Revalina S Temat, Agus Kuncoro, dan Hengky Sulaiman -- memang didedikasikan untuk memahami kebhinekaan secara utuh.

Hanung bertutur, tema agama dan pluralisme yang kompleks ini sangat lekat di masyarakat, termasuk konflik- konflik yang dapat ditimbulkan, mengingat keyakinan ini merupakan urusan yang paling sensitif. Namun tema- tema seperti ini sangat jarang diangkat dalam bahasa gambar. "Jarang sineas kita yang berani mengangkat tema- tema sensitif seperti ini dalam 'bahasa gambar' yang sarat makna," ujarnya.

Salah satu alasan untuk membuat film ini bersama Mahaka Picture, karena ia melihat ruang edukasi yang terbuka untuk mendidik masyarakat yang plural ini melalui film. Khusunya dengan mengangkat tema sensitif ini.

"Terus terang saja masyarakat kita butuh sekali edukasi seperti ini. Karena pendidikan kita tak pernah mengajarkan bagaimana melihat film atau televisi (terutama) dengan benar," ujarnya.

Padahal tayangan semacam ini jika terus- menerus dikonsumsi terus menerus akan bisa merubah gaya hidup. Yang lebih fatal juga bisa 'mencuci' otak.

Masyarakat sudah terlalu banyak dijejali dengan tontonan atau tayangan yang sebenarnya cenderung mengeksploitasi intelektual menengah ke bawah, dengan booming sinetron dan film genre horor atau bumbu seks.

"Apa yang bisa dilihat dalam film ini adalah bahasa pesan dan sudah saatnya masyarakat diedukasi melalui film. Karena itu '?' Adalah sebuah film yang butuh renungan dan kajian yang kritis," imbuh Hanung.

Terkait pro dan kontra atau kritik yang muncul pascapenayangan perdana, Hanung berpendapat itu merupakan hak untuk bisa menafsirkan film ini secara bebas.

Yang tak dikehendakinya, jika perbedaan tafsir ini memunculkan pemboikotan atau ajakan untuk menhujat film ini. Apalagi jika alasan yang digunakan adalah agama. "Ini berati belum memahami isi Alquran," imbuhnya.

Sehari sebelumnya, film Hanung juga ditayangkan perdana di Kota Semarang, tepatnya di Studio XXI Mall Paragon. Pemutaran perdana ini dihadiri Wali Kota Semarang, Semarmo HS yang juga ikut bermain dalam film ini.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement