REPUBLIKA.CO.ID,SANA'A - Presiden Yaman, Ali Abdullah Saleh, telah setuju untuk meletakkan jabatan dalam waktu beberapa pekan. Langkah ini sebagai imbalan atas pemberian kekebalan hukum untuk dirinya dan keluarga. Ali Abdullah akan menjadi pemimpin kawakan ketiga Arab yang terguling oleh aksi protes jalanan pada 2011.
Namun pemrotes, yang telah turun ke jalan dalam jumlah puluhan ribu selama berbulan-bulan guna menuntut diakhirinya hampir 33 tahun kekuasaan Ali Abdullah, mengatakan mereka takkan mengakhiri demonstrasi di jalan sampai Ali Abdullah benar-benar meletakkan jabatan selamanya. Banyak demonstran yang menuntut penggulingan Ali Abdullah itu telah tewas dalam beberapa bulan kerusuhan di kalangan generasi muda Yaman. Aksi demonstrasi yang diilhami oleh pemberontakan di seluruh Afrika Utara dan Timur Tengah yang menjatuhkan pemimpin di Tunisia dan Mesir.
"Masih ada waktu satu bulan sampai presiden meletakkan jabatan dan kami menduga dia setiap waktu bisa berubah pikiran," kata pegiat yang bernama Mohammed Sharafi. "Kami takkan meninggalkan arena sampai Saleh pergi dan kami mencapai tujuan kami mendirikan negara federal yang modern."
Ibrahim al-Ba'adani, seorang pegiat oposisi di kota Ibb, mengatakan ia terkejut bahwa oposisi resmi telah menerima prinsip kekebalan buat Saleh. "Kami akan terus melancarkan aksi duduk sampai presiden pergi," katanya.
Yaman, dengan 23 juta warga, adalah salah satu negara paling miskin di dunia Arab. Pengunjuk rasa menuduh Saleh melakukan korupsi dan salah dalam memerintah selama beberapa dasawarsa kekuasaannya. Ia mengambil-alih jabatan di Yaman Utara pada 1978 dan memimpinnya memasuki penyatuan dengan negara terpisah Yaman Selatan pada 1990.
Dalam beberapa tahun belakangan, Ali Abdullah telah memposisikan dirinya sebagai sekutu Amerika Serikat melawan Al-Qaida. Dia juga memerangi gerilyawan Syiah di bagian utara negeri itu dan kaum separatis di selatan.
Namun setelah bertahun-tahun mendukung Ali Abdullah sebagai benteng terhadap ketidakstabilan dan kegiatan cabang Al-Qaida di Yaman, Amerika Serikat telah mulai menekan Ali Abdullah agar merundingkan penyerahan kekuasaan.