Ahad 15 May 2011 11:59 WIB

Sejarah Hidup Muhammad SAW: Raja yang Bijak

Red: cr01
Ilustrasi
Foto: billieariian.wordpress.com
Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID,  Kedua orang utusan itu adalah Amr bin Ash dan Abdullah bin Abi Rabiah. Kepada Najasyi dan  para pembesar istana mereka mempersembahkan hadiah-hadiah dengan  maksud agar mereka sudi mengembalikan orang-orang yang hijrah dari Makkah itu.

 

"Paduka  Raja,"  kata mereka, "Penduduk Makkah yang datang ke negeri paduka ini adalah budak-budak kami yang tidak punya malu. Mereka meninggalkan agama bangsanya  dan  tidak pula menganut agama paduka. Mereka membawa agama  yang  mereka ciptakan sendiri, yang tidak kami kenal dan tidak juga paduka. Kami diutus kepada paduka oleh pemimpin-pemimpin mereka,  oleh orang-orang  tua, paman mereka dan keluarga mereka sendiri, supaya paduka sudi mengembalikan orang-orang itu."

 

Sebenarnya kedua utusan itu telah mengadakan persetujuan dengan pembesar-pembesar istana, setelah menerima hadiah-hadiah dari penduduk Makkah, mereka akan membantu  usaha  mengembalikan  kaum Muslimin itu kepada pihak Quraisy. Pembicaraan mereka ini tidak diketahui raja.

Tetapi  baginda  menolak  sebelum mendengar sendiri keterangan dari  pihak Muslimin.  Lalu  dimintanya  mereka  datang menghadap. "Agama  apa  ini  yang  sampai  membuat tuan-tuan meninggalkan masyarakat tuan-tuan sendiri, tetapi tidak  juga tuan-tuan menganut agamaku,  atau  agama  lain?"  tanya Najasyi setelah mereka datang.

 

Yang diajak bicara ketika itu ialah Ja'far bin Abi Thalib. "Paduka Raja,"  katanya,  "Ketika  itu  kami  masyarakat  yang bodoh,  kami  menyembah berhala, bangkai pun kami makan. Segala kejahatan kami lakukan, memutuskan  hubungan  dengan kerabat, dengan  tetangga pun  kami  tidak baik, yang kuat menindas yang lemah. Demikian keadaan kami, sampai Tuhan  mengutus  seorang rasul  dari  kalangan kami yang sudah kami kenal asal usulnya, dia jujur, dapat dipercaya dan bersih pula."

Ja'far melanjutkan, "Ia mengajak  kami menyembah  hanya  kepada Allah Yang Maha Esa, dan meninggalkan batu-batu  dan  patung-patung  yang  selama itu kami sembah.  Ia menganjurkan kami untuk tidak berdusta untuk berlaku jujur serta  mengadakan  hubungan keluarga  dan  tetangga yang baik, serta menyudahi pertumpahan darah dan  perbuatan  terlarang  lainnya.  Ia  melarang  kami memakan harta anak yatim atau mencemarkan  wanita-wanita  yang bersih. Ia meminta kami menyembah Allah dan tidak mempersekutukan-Nya. Selanjutnya kami disuruh melakukan shalat, membayar zakat dan berpuasa."

"Karena itulah, tambah Ja'far, "Masyarakat  kami  memusuhi  kami, menyiksa dan  menghasut supaya meninggalkan agama kami dan kembali menyembah berhala, kembali membenarkan segala keburukan yang pernah kami lakukan dulu. Oleh karena mereka memaksa, menganiaya, menekan dan menghalang-halangi kami dari agama kami, maka kami pun keluar pergi ke negeri tuan ini. Tuan jugalah  yang  menjadi  pilihan kami. Senang sekali kami berada di dekat tuan, dengan harapan di sini takkan ada penganiayaan."

 

"Adakah ajaran Tuhan yang dibawanya itu yang dapat tuan-tuan bacakan kepada kami?" tanya Raja itu lagi.

 

"Ya,"  jawab  Ja'far, lalu membacakan Surah Maryam dari ayat pertama sampai pada firman Allah: "...maka Maryam menunjuk kepada anaknya. Mereka berkata: 'Bagaimana  kami akan berbicara dengan anak kecil yang masih dalam ayunan?' Berkata Isa, 'Sesungguhnya aku ini hamba Allah. Dia memberiku Al-Kitab (Injil) dan Dia menjadikan aku seorang nabi. Dan menjadikan aku seorang yang diberkati di mana saja aku berada, dan Dia memerintahkan kepadaku (mendirikan) shalat dan (menunaikan) zakat selama aku hidup dan berbakti kepada ibuku, dan Dia tidak menjadikan aku seorang yang sombong lagi celaka. Dan kesejahteraan semoga dilimpahkan kepadaku, pada hari aku dilahirkan, pada hari aku meninggal dan pada hari aku dibangkitkan hidup kembali!" (QS Maryam: 29-33).

 

Setelah mendengar bahwa keterangan itu membenarkan apa yang tersebut dalam  Injil, pemuka-pemuka istana terkejut. "Kata-kata yang keluar dari sumber yang mengeluarkan kata-kata Yesus Kristus," kata mereka.

 

Najasyi lalu berkata (kepada kedua orang utusan Quraisy), "Kata-kata ini dan yang dibawa oleh Musa, keluar dari sumber cahaya yang sama. Tuan-tuan pergilah. Kami takkan menyerahkan mereka kepada tuan-tuan!"

 

Keesokan harinya Amr bin Ash kembali menghadap Raja dengan mengatakan bahwa  kaum Muslimin mengeluarkan tuduhan yang luar biasa terhadap Isa anak Maryam. 

"Panggillah mereka dan tanyakan apa yang mereka katakan itu!" perintah Najasyi.

Setelah mereka datang, Ja'far berkata, "Tentang dia, pendapat kami seperti yang dikatakan Nabi kami. Dia adalah hamba Allah dan utusan-Nya, ruh-Nya dan firman-Nya yang disampaikan kepada perawan Maryam."

 

Najasyi lalu mengambil sebatang tongkat dan menggoreskannya di lantai. Dan dengan gembira berkata, "Antara agama tuan-tuan dan agama kami sebenarnya tidak lebih dari garis ini."

 

Setelah mendengar keterangan dari kedua belah pihak, nyatalah bagi Najasyi, bahwa kaum Muslimin itu mengakui  Isa, mengenal adanya Kristen dan menyembah Allah.

 

Selama di Abisinia kaum Muslimin merasa aman dan tenteram. Ketika kemudian disampaikan kepada mereka, bahwa permusuhan pihak Quraisy sudah berangsur  reda, mereka lalu kembali ke Makkah untuk pertama kalinya. Sementara Rasulullah SAW pun masih di Makkah.

 

sumber : Sejarah Hidup Muhammad oleh Muhammad Husain Haekal
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini

Apa yang paling menarik bagi Anda tentang Singapura?

1 of 7
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement