REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Ketua Komite Normalisasi (KN), Agum Gumelar, meminta semua pihak agar mendinginkan suasana jelang keberangkatannya ke FIFA.
Ia menginginkan suasana yang tenang untuk mendukung upayanya melobi FIFA agar Indonesia tidak terkena sanksi berat. "Jika tidak bisa membuat pernyataan yang menyejukkan, lebih baik jangan membuat pernyataan yang memanas-manaskan suasana," tutur Agum dalam konferensi pers di kantor PSSI, Senin (23/5).
Agum merujuk kepada Kelompok 78 yang sampai saat ini terus mengeluarkan pernyataan-pernyataan kontroversial di media massa, di antaranya adalah menyalahkan KN sebagai biang keladi yang menyebabkan kongres deadlock. Rencananya, Agum akan berangkat ke Zurich Jumat (27/5) bersama dengan anggota KN, Joko Driyono, serta kemungkinan perwakilan dari Kemenpora dan KONI.
Agum bercerita, sehari setelah kongres ia menddatangi tempat perwakilan FIFA, Thierry Regenass dan Frank van Hattum, menginap serta meyakinkan mereka bahwa 95 persen masyarakat Indonesia prihatin dengan keadaan ini.
Akan tetapi saat itu baik Regenass maupun van Hattum berekspresi dingin dan menggeleng-gelengkan kepada. Agum menyatakan keduanya merasa dipermalukan karena dalam sebuah sidang terhormat diperlakukan secara tidak wajar.
Saat ini KN, kata Agum, sedang membuat laporan untuk disampaikan ke FIFA. " Meskipun kecil terdapat kemungkinan kita tidak diberi sanksi. Kami akan mengupayakan sanksi agar tidak terlalu berat karena kasihan atlet-atlet yang sedang berjuang mempersiapkan diri untuk berlaga di SEA Games. Sama halnya dengan Persipura dan Sriwijaya FC yang sedang berlaga di Piala AFC," ujar Agum.
Sejauh ini kata Agum, KN belum berkomunikasi dengan Menpora terkait kongres yang lalu. Sementara itu terkait status anggota KN yang melakukan aksi walk-out saat kongres, FX Hadi Rudyatmo, Agum menegaskan yang bersangkutan masih anggota KN.
Ia mengaku sudah mendengar terkait pernyataan yang menyebutkan agar jangan terlalu tergantung kepada FIFA. Ia juga telah mendengar adanya tuduhan bahwa ia menutup kongres dengan cepat agar bisa mengikuti Kongres FIFA. "Janganlah seperti itu karena hal tersebut akan memperberat tugas kami. Lagi pula apakah Indonesia punya hak suara dalam kongres tersebut? Kan tidak," ujar Agum.