REPUBLIKA.CO.ID, NUSA DUA - Menteri Luar Negeri Irak Hosyhar Zebari mengatakan Gerakan Non Blok (GNB) adalah gerakan yang selalu hidup, yang dibutuhkan untuk menghadapi berbagai tantangan masa kini. Zebari yang ditemui usai penutupan Konferensi Tingkat Menteri (KTM) ke-16 GNB di Nusa Dua, Bali, Jumat (27/5), mengatakan bukti GNB masih relevan dan dibutuhkan adalah dengan masuknya dua anggota baru yakni Fiji dan Azerbaijan.
Untuk itu, Zebari menuturkan sangat penting bagi GNB untuk melakukan perubahan berkaitan dengan bentuknya. Menurut dia, GNB perlu disempurnakan menjadi sebuah organisasi. Organisasi tersebut tidak harus dilengkapi sebuah sekretariat tetap, melainkan cukup dengan memiliki sebuah struktur organisasi atau kerangka organisasi, kata Menlu Irak menjelaskan pandangannya.
Dengan bentuknya sebagai sebuah organisasi, ujarnya, GNB dapat berperan lebih maksimal. Apalagi saat ini GNB adalah sebuah gerakan yang beranggotakan 120 negara dan anggota GNB ini mendominasi di PBB. "Tentunya gerakan ini harus tetap memperdalam nilai-nilai demokrasi dan memperdalam partisipasi masyarakat untuk membuat keputusan," katanya.
Ketika ditanya tentang perlunya GNB memiliki suatu dewan khusus seperti NATO untuk melindungi negara berkembang, Zebari mengatakan ide tersebut terlalu dini untuk dilontarkan. "Menurut saya itu ide yang prematur," katanya.
Sementara itu, mengenai peran Irak dan Indonesia sendiri dalam GNB, Zebari mengatakan kedua negara merupakan negara kunci dari GNB. Indonesia sebagai negara pendiri GNB dan Irak adalah anggota aktif dari gerakan ini. Kedua negara akan selalu bersama-sama memperkuat GNB dan membuat GNB mengeluarkan potensi maksimalnya untuk mencapai tujuan menciptakan perdamaian dunia.