Jumat 27 May 2011 21:16 WIB

Inilah Kisah Satu Malam Bersama Muslim yang Luput dari Pembantaian Ratko Mladic

seorang ibu meratap di pusara dua anak lelakinya yang dibantai pasukan Mladic
Foto: .
seorang ibu meratap di pusara dua anak lelakinya yang dibantai pasukan Mladic

REPUBLIKA.CO.ID, Tahun 2002, Julian Astle, sekarang direktur lembaga think tank CentreForum, diangkat menjadi penasihat politik Paddy Ashdown, pimpinan partai Liberal Demokrat yang saat itu diangkat sebagai High Representative Inggris untuk Bosnia. Kepada harian Telegraph, ia berkisah tentang pengalamannya bertemu dengan keluarga Muslim yang luput dari pembantaian pimpinan keji Serbia, Ratko Mladic yang ditangkap kemarin. Berikut refleksinya:

Pada tahun 2002, tahun pertama dari tiga tahun sebagai penasihat politik Paddy Ashdown, saya bergabung dengan dia dan istrinya, Jane,  ke Srebrenica. Wilayah ini adalah korban kekejaman terburuk dari perang Bosnia yang "disutradarai" oleh Ratko Mladic, yang ditangkap hari ini (kerain, red).

Kami menghabiskan malam dengan seorang pria bernama Hasib Husseinovic dan keluarganya di pondok kecil mereka yang berdinding kayu di sebuah daerah pegunungan. Di bawah kami adalah kota tempat, tujuh tahun sebelumnya, 9.000 pemuda telah dipisahkan dari keluarga mereka, digiring ke lapangan terdekat dan dibantai. Hasib adalah salah satu dari pria Muslim yang kini jumlahnya sangat sedikit yang, setelah berjalan menerabas hutan lebat, berhasil lolos.

Setelah perang usai, ia dan anggota keluarganya yang masih hidup - semua perempuan dan anak-anak, ia kembali membangun rumah mereka dan hidup mereka.

Dari jutaan warga, hanya tersisa 200 ribu orang yang hidup di pengungsian. Seandainya saya jadi mereka, saya tidak yakin akan memiliki kekuatan untuk melakukan hal yang sama.

Kami menghabiskan malam di sekitar api, berbagi minuman yang terbuat dari buah plum dan mendengar cerita yang akan tinggal dalam ingatan saya selama sisa hidup saya. Cerita yang mengalir dari bibir mereka hanya memperdalam rasa malu saya pada diri saya sendiri, dan peran negara saya dalam bencana ini. Setelah semua dari kita, sebagai bagian dari PBB, telah menunjuk Srebrenica sebagai "area aman", kita meninggalkan mereka begitu saja, mengikuti jalan nasib mereka sendiri.  

Jika ada satu hal yang baik untuk mengatakan tentang dua hari yang mengerikan pada bulan Juli 1995, itu adalah bahwa kita tampaknya telah belajar sesuatu dari mereka. Kami telah mengambil peran utama dalam upaya untuk membangun kembali setelah perang Bosnia dan mempersiapkannya untuk menjadi anggota Uni Eropa akhirnya (suatu proses yang, sayangnya, tampaknya kini telah terhenti).

Penangkapan Mladic, setidaknya akan sedikit menghibur keluarga yang luar biasa ini. Mereka yang telah kehilangan segalanya, sementara kita tak berbuat apa-apa pada waktu itu.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement