REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Pimpinan Jamaah Ansharut Tauhid (JAT) Abu Bakar Ba'asyir membantah bahwa organisasi yang dipimpinnya terbentuk di Sulawesi Tengah (Sulteng). "Tidak ada di luar Jawa, yang luar Jawa kecuali hanya ada di Bima, gak ada yang lain," kata Ba'asyir saat ditemui di Mabes Polri Jakarta, Senin (6/6).
Hal ini terkait para pelaku penembakan anggota Polri adalah anggota kelompok JAT pimpinan Abu Tholut yang sempat dilatih Abu Tholut hampir setahun lalu di Aceh. Abu Tholut alias Pranata Yudha bukan orang baru dalam aksi teror di Indonesia.
Ia pernah divonis delapan tahun penjara dalam kasus aksi teror di Atrium Senen, Jakarta, pada awal Mei 2004 dan saat ini kembali ditangkap pada 10 Desember 2010 di Kudus. JAT didirikan ustad Abu Bakar Ba'asyir yang juga telah ditangkap di Banjar, Jawa Barat, Senin 9 Agustus 2010, sekitar pukul 08.15 WIB, karena diduga menerima laporan rutin terkait rencana peledakan bom di Indonesia.
Kemungkinan JAT dikembangkan oleh Abu Tholut, Ba'asyir hanya mengatakan kemungkinan itu dilakukan secara pribadi. Sementara itu pelaku penembak yakni tersangka Fauzan dan Dayat tewas tertembak saat terjadi kontak senjata dengan tim dari Detasemen Khusus (Densus) 88 Antiteror dan Polda Sulteng pada hari Sabtu (4/6) sekitar pukul 11.15 WITA di wilayah Poso.
Sedangkan tiga pelaku penembakan lain yakni Ariyanto, Furqon dan Ahmad Ridwan sudah ditangkap saat polisi sedang melakukan razia dan pengembangan informasi. "Ketiga pelaku yang masih buron masuk dalam Daftar Pencarian Orang (DPO) yakni S alias AW, NM alias PE dan B alias O," kata Kepala Bagian Penerangan Umum (Kabag Penum) Polri, Kombes Pol Boy Rafli Amar.
Boy mengatakan para pelaku sudah pernah melakukan fa'i (perampokan, red) diantaranya perampasan sepeda motor pada tanggal 10 Agustus 2010, Oktober 2010, Januari 2011 dan perampasan telepon seluler dengan membawa golok. "Motifnya pertama penyerangan dengan menggunakan senjata laras panjang, ingin melakukan upaya yang dikatakan jihad, termasuk ke depan berencana mencuri senjata dari kompi Brimob dan perencanaan perampokan Bank BRI dan kampung-kampung," katanya.
Boy mengatakan langkah yang dilakukan para pelaku adalah mengumpulkan semacam sumber daya. Akibat penyerangan tersebut dua anggota polisi tewas yakni Bripda Prawira dan Bripda Gustiar Yudhistira, sedangkan Bripda Deddy Edwar mengalami luka akibat diberondong tembakan di depan Bank Central Asia (BCA), Palu, Rabu (25/5) di Jalan Emy Saelan jam 11.30 Wita.
Dua polisi tewas di tempat kejadian, mereka anggota yang sedang bertugas menjaga bank dan sentra ekonomi. Pelaku menembak menggunakan senjata laras panjang dan merebut senjata laras panjang milik anggota yang ditembak dengan mengendarai sepeda motor langsung melarikan diri, katanya. Dua anggota Polri dari obyek vital yang tewas, setelah peluru tembakan itu mengenai dada dan bagian leher para korban.