Senin 04 Jul 2011 17:32 WIB

Ingin Berantas Nepotisme? Belajarlah dari Cina

Cina (ilustrasi)
Cina (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Dulu, di zaman dinasti kerajaan, Cina dikenal sangat kental dengan nepotisme. Namun di negara itu pula nepotisme berhasil dipangkas.

Praktisi senior bidang hukum, Wayan Sudirta, mengajak para politisi Indonesia untuk belajar dari masyarakat Cina dalam memberantas nepotisme yang kian merebak pada sebuah diskusi yang bertajuk "Nepotisme Menggurita, Demokrasi Terancam Petaka", di Jakarta, Senin (4/7).

"Kita semua tahu bahwa nepotisme yang paling wah itu ada di China, contohnya pada suatu dinasti yang turun temurun melakukan nepotisme namun mereka dapat mengatasinya dengan cara para pemimpin masyarakat berkumpul dan bekerjasama ", tutur Wayan.

Di China, mereka memiliki kultur dimana mereka harus tampil, maka dari itu ada pepatah "tuntutlah ilmu sampai ke negeri China". Menurutnya, tahun 2018, jika Amerika lengah, China akan berada di atas Amerika dan tahun 2035 China akan menguasai dunia.

Lebih lanjut Wayan juga mengatakan negeri kita bisa saja maju jika kita memiliki karakter yang kuat dan dapat saling kerjasama seperti yang diterapkan di China.

Wayan optimis negara Indonesia bisa maju karena negara ini memiliki dua modal utama yang dapat menunjang tumbuhnya suatu karakter yakni persaudaraan yang kuat dan potensi alam yang dimiliki dan suatu karakter harus dibangun melalui pendidikan.

Sementara itu, dalam diskusi yang sama seorang pakar senior bidang hukum, J.E. Sahetapy menyatakan bahwa nepotisme itu tidak selalu buruk dan merupakan kultur dari suatu negara.

"Nepotisme itu tidak jelek, tergantung dari bagaimana melihatnya dan dari kultur masing-masing negara, kalau saya tidak keliru Indonesia mengijinkan nepotisme, tapi kultur barat tidak", ujarnya.

Menurut data yang dipaparkan oleh Wayan yang juga merupakan salah satu anggota DPD RI, sebanyak 42 % anggota DPR berasal dari keluarga pengurus partai politik, sehingga mereka hanya mengurus kepentingan mereka sendiri bukan kepentingan rakyat.

"Namun jika melihat nepotisme di Indonesia, sebaiknya kita tanggalkan dan tinggalkan", lanjut Sahetapy mengakhiri tanggapannya dalam diskusi tersebut.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَلَقَدْ اَرْسَلْنَا رُسُلًا مِّنْ قَبْلِكَ مِنْهُمْ مَّنْ قَصَصْنَا عَلَيْكَ وَمِنْهُمْ مَّنْ لَّمْ نَقْصُصْ عَلَيْكَ ۗوَمَا كَانَ لِرَسُوْلٍ اَنْ يَّأْتِيَ بِاٰيَةٍ اِلَّا بِاِذْنِ اللّٰهِ ۚفَاِذَا جَاۤءَ اَمْرُ اللّٰهِ قُضِيَ بِالْحَقِّ وَخَسِرَ هُنَالِكَ الْمُبْطِلُوْنَ ࣖ
Dan sungguh, Kami telah mengutus beberapa rasul sebelum engkau (Muhammad), di antara mereka ada yang Kami ceritakan kepadamu dan di antaranya ada (pula) yang tidak Kami ceritakan kepadamu. Tidak ada seorang rasul membawa suatu mukjizat, kecuali seizin Allah. Maka apabila telah datang perintah Allah, (untuk semua perkara) diputuskan dengan adil. Dan ketika itu rugilah orang-orang yang berpegang kepada yang batil.

(QS. Gafir ayat 78)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement