Jumat 08 Jul 2011 06:51 WIB

Bentrokan di Kaukasus Utara, Sembilan Tewas

REPUBLIKA.CO.ID,MAKHACHKALA--Sedikitnya sembilan orang tewas dalam bentrokan dua hari antara polisi dan militan di wilayah Kaukasus Utara Rusia yang berpenduduk mayoritas muslim, kata beberapa pejabat, Kamis. Tembak-menembak pada tengah malam di Dagestan menewaskan dua militan, dua warga sipil dan seorang aparat keamanan, kata seorang pejabat di Komite Penyelidik Dagestan, yang menambahkan bahwa enam warga sipil terluka.

Bentrokan meletus setelah militan menembaki kendaraan polisi, kata kantor berita Interfax. Di Kabardino-Balkaria, sebuah daerah lain Kaukasus Utara, pasukan keamanan Rabu membunuh empat militan, kata kantor berita pemerintah RIA mengutip Komite Anti-Teror Nasional Rusia.

Kekerasan berkobar di Kaukasus Utara yang berpenduduk mayoritas muslim, dimana gerilyawan yang marah karena kemiskinan dan terdorong oleh ideologi jihad global ingin mendirikan sebuah negara merdeka yang berdasarkan hukum sharia. Kremlin hingga kini masih berusaha mengatasi gerilyawan muslim di Kaukasus, satu dasawarsa setelah pasukan federal mendongkel dominasi separatis di Chechnya.

Dagestan, yang terletak di kawasan pesisir Laut Kaspia, telah menggantikan wilayah-wilayah tetangganya sebagai pusat kekerasan di Kaukasus Utara yang berpenduduk mayoritas muslim. Dagestan berbatasan dengan Chechnya di Kaukasus Utara, dimana Rusia menghadapi kekerasan muslim garis keras, dan provinsi yang berpenduduk mayoritas muslim itu seringkali dilanda serangan dengan sasaran aparat penegak hukum dan pejabat pemerintah.

Serangan-serangan itu telah membuat Kremlin berjanji lagi menumpas gerilyawan di Kaukasus Utara. Wilayah tersebut dilanda kekerasan sejak dua perang pasca-Sovyet terjadi di Chechnya antara pasukan pemerintah dan gerilyawan separatis. Pada 4 Mei, komite anti-teror nasional Rusia mengumumkan, pasukan keamanan membunuh seorang militan utama Al-Qaidah di Chechnya yang mengkoordinir gerilyawan asing di Kaukasus Utara.

Militan yang bernama Doger Sevdet itu adalah seorang warga Turki yang memiliki julukan Abdullah Kurd dan "utusan Al-Qaidah di Kaukasus Utara", kata komite itu dalam sebuah pernyataan yang disiarkan kantor-kantor berita Rusia. Militan itu tewas pada 3 Mei, dua pekan setelah Rusia membunuh seorang militan penting lain Al-Qaidah, gerilyawan Saudi yang dikenal sebagai Moganned dalam apa yang disebut analis sebagai salah satu keberhasilan keamanan terbesar di kawasan itu selama beberapa tahun ini.

Kematian Sevdet itu juga diumumkan setelah pembunuhan pemimpin global Al-Qaidah Usamah bin Laden oleh pasukan AS di Pakistan yang disebut Kremlin sebagai "keberhasilan serius dalam perang melawan terorisme internasional". Pada 18 April, pasukan keamanan Rusia membunuh seorang pemimpin gerilya muslim yang mendalangi serangan-serangan di Kaukasus Utara dan mengancam Moskow, kata pihak berwenang federal.

Kantor-kantor berita Rusia mengutip Komite Anti-teror Nasional (NAK) yang mengatakan, pasukan keamanan menembak mati Israpil Validzhanov dan tiga rekannya di Dagestan, provinsi sebelah timur Chechnya yang dilanda kekerasan. Validzhanov adalah wakil utama di Dagestan untuk pemimpin gerilya Kaukaus Utara, Doku Umarov, yang mengklaim bertanggung jawab atas serangan bom di bandara terpadat Moskow pada Januari yang menewaskan 37 orang.

 

sumber : antara/reuters
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement