REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA - Komunitas film dokumenter Indonesia akan memutar film dokumenter tentang kebebasan pers di Kota Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta, kata panitia kegiatan tersebut, Kevin Baskara di Yogyakarta, Rabu (20/7).
Ia mengatakan komunitas film dokumenter Indonesia rencananya akan memutar film berjudul Homo Homini Lupus dan Burma VJ yang berlangsung di Indonesia Buku, Kota Yogyakarta. "Dua film itu kami pilih karena banyak mengupas tentang kekerasan yang dialami jurnalis," katanya.
Menurut dia, film homo homini lupus berkisah tentang jurnalis yang mengalami kekerasan saat meliput kasus kekerasan yang dialami masyarakat sipil di Kabupaten Garut, Jawa Barat. Film dokumenter itu dibuat oleh salah seorang jurnalis pada saat meliput peristiwa itu di Garut.
Dia mengatakan melalui penyajian film itu penonton akan diajak belajar tentang risiko yang selalu dihadapi wartawan saat melakukan peliputan. "Dalam film tersebut ingin menampilkan bagaimana wartawan berupaya menampilkan fakta kekerasan yang terjadi," katanya.
Kevin mengatakan dalam kesempatan yang sama, komunitas film dokumenter juga akan memutar film bertajuk Burma VJ. Film itu bercerita tentang tindakan represif Junta Militer di Myanmar terhadap jurnalis. Ia mengatakan di tengah era kebebasan pers terdapat serangkaian fakta kekerasan terhadap jurnalis yang perlu diungkap.
"Melalui dua film itu masyarakat akan memahami fakta tentang pembatasan pers dengan menggunakan cara-cara kekerasan," kata dia.
Dia mengatakan panitia sengaja memilih film bertajuk Burma VJ karena film dokumenter itu memenangai berbagai penghargaan film. "Reputasi film Burma VJ cukup baik karena memenangi Festival Film Cannes di Perancis," katanya.
Ia mengatakan film dokumenter tersebut membuktikan banyak terjadi aksi kekerasan terhadap para jurnalis saat melakukan peliputan. Film itu menyampaikan pesan tentang berbagai pelanggaran hak asasi manusia terhadap jurnalis.
Dia mengatakan film dengan tema yang sama telah diputar beberapa kali di wilayah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). "Kami ingin terus menyajikan informasi tentang pelanggaran HAM di berbagai negara melalui film agar mudah dipahami masyarakat," katanya.
Ia mengatakan kedua film tersebut diputar bersamaan dengan peluncuran website bertajuk alphabetajournal.com, yakni website yang dibuat oleh mahasiswa sejumlah perguruan tinggi di DIY. "Pemutaran film sesuai dengan tema peluncuran karena mengupas tentang kebebasan menyampaikan pendapat melalui website," katanya.
Dia mengatakan komunitas film dokumenter dalam acara ini melibatkan mahasiswa dan masyarakat sebagai peserta dan untuk menonton tidak dipungut biaya dan bebas berdiskusi.