Senin 22 Aug 2011 21:27 WIB

Pemberontak Kuasai Tripoli, Qaddafi Menghilang

Rep: Hiru Muhammad/ Red: cr01
Pemimpin Libya, Letkol. Muammar Qaddafi
Foto: AP
Pemimpin Libya, Letkol. Muammar Qaddafi

REPUBLIKA.CO.ID, TRIPOLI – Pemimpin Libya, Muammar Qaddafi, boleh saja menumpas aksi demonstrasi dengan mengerahkan seluruh kekuatan militernya. Namun hal itu tidak mampu membendung tekad warga Libya yang menginginkan pemimpin yang telah berkuasa selama 42 tahun itu agar meletakkan jabatannya.

Bermodal pasukan yang tidak terlatih dan sejumlah desersi, namun kaum pemberontak berhasil mengalahkan militer Libya yang diperkuat persenjataan lebih lengkap dan lebih terlatih. Keberhasilan itu selain tekad kuat juga berkat dukungan rakyat Libya, komunitas internasional hingga Pakta Pertahanan atlantik Utara (NATO).

Setidaknya mereka boleh tersenyum sesaat. Upaya mereka mendongkel Qaddafi dari kekuasaannya telah berhasil. Setelah pasukan pemberontak yang didukung NATO berhasil menguasai Tripoli, Senin (22/8) yang diserang sejak ahad tengah malam. "Sebagian besar Tripoli sudah kami kuasai," kata Guma El-Gamaty, Koordinator pasukan pemberontak dari Dewan Transisi Nasional (NTC).

Pasukan Qaddafi saat ini masih menguasai sedikitnya tiga lokasi di Tripoli. Yakni, sebuah rumah sakit, barak militer dan Hotel Rixos, tempat menginap sejumlah wartawan asing yang meliput konflik di Libya. Mereka dikabarkan terperangkap di dalam hotel itu dan tidak diperkenankan meninggalkan hotel karena banyak pasukan Qaddafi yang berkeliaran di sekitar hotel. "Mereka ditawan dan hampir menjadi perisai manusia," kata Khodr, salah seorang tentara pemberontak.

Namun, menurut CNN, pasukan Qaddafi di Tajoura, di mana rumah sakit tersebut berada masih bernegosiasi untuk menyerahkan diri. Pasukan pemberontak juga masih terlibat baku tembak dengan pasukan Qaddafi di dekat Hotel Rixos.

Warga di kota Tripoli juga telah menerima pesan dari pemimpin pasukan pemberontak yang isinya ucapan selamat kepada rakyat Libya karena kekuasaan Qaddafi telah berakhir. "Kami memasuki situasi baru setelah melalui zaman penguasa tirani. Saya sangat optimis, Tuhan memberkati kami," kata Laila Jawad, seorang perawat di Tripoli.

Namun, mereka masih harus berhati-hati merayakan kegembiraan itu karena pasukan pemberontak masih memburu para penembak jitu yang bersembunyi di sejumlah gedung bertingkat di kota Tripoli. Apalagi suara tembakan masih terdengar secara sporadis di sejumlah wilayah.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement